Sunday 30 July 2017

rencana?

Semua dalam hidup bisa aja berubah, even at the last minute. Cerita temen kuliah dulu yang dibatalin nikah sama calonnya dalam H-2 minggu, kejadian di jakarta kemarin tentang pelantikan jabatan yang keputusannya berubah hanya dalam waktu H-6 jam, pertandingan-pertandingan dalam olahraga misalnya yang tiba-tiba membuat skor berubah, temen yang bulan kemarin abis galau tiba-tiba bulan ini sebar undangan nikah, orang yang kemarin baru kita ajak ngobrol namun hari ini kita dengar kabarnya udah meninggal dunia, dan lain sebagainya. Iya sih, bukan bener-bener pada menit-menit terakhir, tapi terjadi secara mendadak tanpa kita harapkan atau sadari sebelumnya kan?! apalagi kalo kejadiannya gak mengenakkan untuk kita. Itulah kenapa manusia cuma bisa berencana, tapi Allah yang menentukan, semuanya bisa aja terjadi kalo Allah udah bilang ini belum watunya seperti apa yang kita inginkan.

Tapi semua ada hikmahnya. Mungkin aja belum kita rasain sekarang secara langsung, tapi sehari, seminggu, sebulan, setahun atau bahkan beberapa tahun kemudian. Allah tau mana yang terbaik buat hambanya, tinggal kitanya aja yang mau positive thinking atau enggak. Seperti perbincangan dengan teman-teman kampus beberapa hari lalu melalui facebook, terkadang memang ada hal-hal di luar nalar, kuasa dan kekuatan manusia di dunia ini. Kalo dipikirin, akal manusia gak bakalan bisa sampe, bisa gila kalo terus-terusan di pikirin. akhirnya, saya pun menyimpulkan mungkin inilah salah satu gunannya Iman. Iman artinya percaya, apapun agama kita, kita harus percaya bahwa ada mega super power lainnya yang mengendalikan kita dan di luar kekuatan kita sebagai manusia, yaitu Tuhan. Selain sebagai pegangan jika kita punya masalah yang amat sangat berat, iman bisa kita gunakan juga agar hati kita lebih tenang. Terkadang memang berserah kepada Dzat yang tidak terlihat lebih baik dibanding berserah kepada manusia yang notabene nya sama aja dengan diri kita dan bikin kecewa. Makanya dengan Iman kita ga perlulah mikirin kejelekan orang lain, menganggap semuanya negatif, bertindak jahat dengan orang lain, iri dengan orang lain, toh kita PERCAYA aja dengan keimanan kita bahwa ada Allah atau Tuhan yang ada di sekitar kita, selalu mengiringi jalan kita dan memilihkan yang terbaik untuk kita. Tenang, semua ada hikmahnya, tinggal kita aja yang memilih mau jadi orang jahat, atau yang damai-damai aja di dunia ini.

Friday 21 July 2017

Cerita tentang si Bagus~

Cerita hari ini mengenai diskusi ummi-ummi atau guru-guru di Taman Kanak-kanak tempat saya magang. Mereka mulai diskusi dan bercerita mengenai anak-anak didik baru yang pola tingkah dan kepribadiannya macam-macam. Anak A begini lah, yang B begini dan C begitu. Memang, ketika bekerja yang berhubungan dengan manusia, pasti bakal nemuin hal yang berbeda-beda mengenai satu orang dengan orang lainnya, kalo di Ilmu Psikologi, balik lagi ke jurus-andalan-ilmu-dasar kami, individual differences. Tapi bedanya, kalo si ummi-ummi lebih suka ngomongin anak secara terang-terangan atau di depan si anak, mungkin sudah kebiasaan, kalo saya lebih suka menahan dan memperhatikan diam-diam. Bukan berarti saya gak heran, tapi anak psikologi memang gak boleh gampang heran dan sudah terlatih untuk gak heran liat yang aneh-aneh 😂 Ga sehat juga kan kalo kita ngomongin anak di depan anaknya itu sendiri hehe

Sudah terbiasa dengan studi kasus dan tugas-tugas mengenai observasi, belum lagi banyak teori yang sudah dibilang banyak hal yang mempengaruhi manusia, sebetulnya yang lebih menarik bukan di bagian si anak ini aneh dan lucu, titik. No! Kami terbiasa untuk mengamati dan mencari tahu kenapa sih si anak begini atau begitu. Sudah kebiasaan aja untuk memahami dan tidak men-judge kalo anak ini begini-begono karena kemauannya dia, namun akibat lingkungan ada di sekitarnya. Nah, kalo kita biasa bicara tentang anak usia 3-5 tahun, jadi lingkungan terdekatnya siapa? Yap, keluarga, dan pastinya orang tua. Mungkin saya cuma bisa berteori, namun masalah pendekatan dan pengajaran saya butuh bantuan dari ummi-ummi, jadi pasti ini akan kami diskusikan lebih lanjut di ruangan kantor kami yang berukuran 4x4 dengan toples menggunung isi jajanan 😅😅

Balik ke masalah anak, sebagai contoh ada si anak, sebut saja namanya Bagus (nama samaran). Akhir-akhir ini jadi pusat pembicaraan ummi-ummi karena perilakunya yang unik. Pertama masuk sekolah dia tipe dengan tempramen slow to warm up. Susah bergaul dengan temannya, masih ditungguin ibunya dan susaaaaaah banget diajak ngomong. Betul-betul mematung ketika dia ga ngerasa nyaman. Hari kedua belum mau ikut menyanyi seperti anak lainnya, masih ditemenin ibunya sampe pulang. Diajak ngobrol masih ga ada suara sama sekali. Hari ketiga juga masih sama, disuruh belajar nulis tapi gamau pegang pensil sama sekali, masih belum ikut nyanyi tapi ketika bermain sudah ada suaranya sedikit-sedikit. Hari keempat dan kelima, sudah mau ditinggal ibunya, sudah mulai jawab tapi dengan suara yang pelan dan kosa kata yang patah-patah dan lambat, ikut nyanyi tapi delay, maksudnya ketika anak-anak yang lain selesai jawab nyanyian, dia baru ikutan jawab. Selain itu, yang cukup menonjol, motorik halus Bagus masih jauh terlambat dibanding teman-teman lainnya yang sudah aktif. Motorik kasar cenderung memaksa dan spontan. Gerakannya lambat dan ekspresinya cenderung datar. Ummi-ummi, yang notabene-nya ngajarin si anak langsung, ngeliat dia berbeda dengan teman-teman yang lain langsung komentar dong. Mungkin maksudnya gemes karena si anak ini lucu dan unik, saya kadang-kadang menimpali juga namun dengan menghubungkan kondisi si anak dengan perilaku orang tuanya yang juga 'cenderung menonjol' tiap antar atau jemput si Bagus di sekolah. Hukum alamnya memang biasanya begitu, perilaku anak yang unik biasa ga jauh-jauh dari orang tuanya yang juga ga kalah unik, kayak kasus si Bagus ini.

Si Emak Bagus (sebut saja begini untuk menyebut emaknya Bagus), duuh tipe emak-emak yang sukaaa banget ngomel, hobi ngobrol dan cerewet abis. Meskipun kalo cerita masih ketawa-ketawa atau niat bercanda, tapi kadang bikin saya yang denger mesem-mesem sendiri. Mungkin kalo temen sebaya udah saya marahin itu, tapi berhubung saya guru magang dan jauh lebih muda, jadi saya pikir ada prosedurnya untuk mengajak si emak bagus berdiskusi. Misalnya nih ya, si anak kan motorik halusnya masih lambat banget, seperti memasang kaus kaki dan sepatu bisa tiga kali lipat lebih lama dibanding teman-temannya, gatau apa si Emak malu atau gusar liat anaknya lama begitu bukan dibantu pelan-pelan tapi malah ngomeeel aja, kayak 'emang begitu si Bagus mah, lelet sih!', atau 'di rumah juga gitu bisa setengah jam masang sepatu aja, kebalik-balik lagi', atau 'emang males dia ini ummi, disuruh masang gini lamanya minta ampun, lelet banget, suka sebel juga saya!'. Sedihnya, si Emak Bagus bilang gitu di depan ummi-ummi, teman-teman sekolahnya Bagus dan orang tua dari teman-teman Bagus! Kebayang kan gimana anaknya bisa delay gitu? ngomongnya lambat dan males-malesan? saya udah bisa prediksi pasti kalo anaknya lama atau lamban (namanya juga anak-anak lagi belajar) pasti langsung diomelin, bukannya sabar diajarin pelan-pelan dan ditungguin. Pasti pas anaknya baru mau ngomong pelan-pelan udah langsung dipotong karena emaknya ga sabaran, jadi anaknya juga ga bisa belajar dan ngerasa ga harus menyelesaikan kalimat. Pasti pas anaknya males belajar, emaknya cuma ngomel nyalahin anaknya yang dia anggep 'memang males' dan ditinggal aja bukan diajarin. Ketebak kan?! memang gitu kok, saya yakin 100%. Mana kalo denger cerita emak bagus, bapaknya kerja sebagai driver yang pulang seminggu sekali, si Bagus punya adek yang masih baby dan hobinya cuma nonton di depan tv. Si Bagus jarang main keluar rumah dengan alesan 'takut pergi kemana-mana atau diculik', jadi dia jarang diajak ngomong dan diajak main yang mengasah sistem motorik dia. Hiburan cuma tv dan istirahatnya cuma tidur.

Saya sebetulnya gak mau nge-judge kalo si Emak Bagus gagal jadi ibu. Karena saya belum ngerasain jadi seorang ibu dan gak kebayang susahnya ngurus anak. Si Emak Bagus gak salah, hanya cara mengasuhnya mungkin yang kurang tepat. Si Emak seharusnya sedikit lebih sabar dan mulai menyadari kalo anaknya sedikit kurang aktif dibanding temen-temen lainnya. Bukan karena si anak gak mampu, tapi memang kurangnya stimulus yang diberikan. Dan si Emak mungkin harus lebih kontrol diri untuk ga ngomongin kejelekan anaknya di depan umum. Si Bagus memang baru usia 5 tahun, moms, but trust me, mereka itu paham ketika mereka gak merasa dipercaya dengan ibunya sendiri. Dia bisa sedih dan gampang menyerah ketika dibandingkan dengan anak-anak lain. Kayak yang sering saya bilang ke ummi-ummi, anak ini memang lambat jika dibandingkan dengan anak lain, tapi coba mulai sekarang kita bandingkan saja bagus dengan dirinya sendiri. Maksudnya, selama satu minggu, sebetulnya sudah banyak kemajuan dalam diri Bagus, dari yang awalnya diam sekarang mulai bersuara, dari yang sebelumnya gak nyanyi sama sekali, sekarang sudah mulai ikut bernyanyi meskipun agak terlambat. Dari yang gak bisa bermain dengan teman lain, sekarang sudah mau berbaur dan berbagi. Meski sedikit dan lambat, tapi Bagus tetap ada progress-nya, itu yang harus kita jaga dan tingkatkan. Sekarang, tugas saya dan ummi-ummi ialah 'menyelamatkan' Bagus dari ketidaktahuan orang tuanya mengenai cara mengasuh akan tumbuh kembang anak. Jangan bandingkan Bagus dengan orang lain, cukup bandingkan dengan dirinya sendiri. Anak itu beda-beda, karena mereka dari keluarga dan latar belakang yang berbeda juga. Si Bagus butuh bantuan dan kita punya tanggung jawab untuk membantu semaksimal mungkin. Apa sih yang lebih menyenangkan menjadi seorang guru selain melihat anak didik jadi lebih berkembang dan makin pintar kan, ummi-ummi? 

Pada intinya, ketika melihat seorang anak yang unik dan berbeda daripada peer group-nya, kita jangan langsung heran dan nge-judge kalo si anak ini bodoh. Coba lihat di sekelilingnya, pasti ada faktor tertentu yang membuat dia seperti itu. Syukur-syukur kalo kita bisa ikut membantu mengubah faktor lingkungan keluarga, tapi jika memang dirasa sulit, (karena memang pasti sulit untuk ikut campur urusan pola asuh) kita bisa coba ubah melalui lingkungan sekolah. Please, anak-anak butuh pengawasan dan ketersediaan lingkungan yang dapat mendukung mereka berkembangan dengan baik, loh. Dan anak-anak berhak mendapat pelajaran dan stimulasi yang cukup dari lingkungannya. Emak Bagus, lain kali kita butuh diskusi lah yaa, meskipun saya juga udah agak-agak males kalo denger si Emak ngomel melulu. Gak penting banget nyalahin anaknya di depan umum dah, mak! 😂😂

Tuesday 18 July 2017

Tempramen

Meski hari kedua saya ijin gak masuk kerja hhee, akibat pagi-pagi hujan dan masih ga bisa bikin mood membaik, tapi ada cerita lain di hari pertama yang pengin saya ceritain. Tentang temprament. Temprament dalam istilah psikologi sedikit berbeda dengan istilah awam yang sering diomongin orang. People sering bilang tempramen atau tempramental itu sejenis emosi marah yang sulit dikendalikan, misalnya 'saya orangnya agak tempramen jadi kalo ngomong harus hati-hati ya ke saya'. Padahal, kalo dalam psikologi, temprament ini merupakan bawaan lahir atau sifat dasar anak yang menentukan bagaimana dia tumbuh beradaptasi dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dia dari mulai cara berpikir, merasa dan berperilaku. Temprament di bagi menjadi tiga, hard child, slow to warm up child dan easy child. Tempramen ini memang paling nampak pada anak-anak. Apalagi saat pertama mereka masuk ke lingkungan baru dan harus adaptasi. Dulu, saya juga agak heran kok ada anak yang bisa langsung bisa nempel sama orang baru, tapi ada juga anak yang susaah banget dideketin sama orang baru. Tapi semua pengetahuan terbuka ketika belajar psikologi anak dan belajar tentang tempramen ini.

Jadi kemarin ada gitu satu anak yang pertama kali sekolah masuk TK langsung ditinggal sama emaknya, gak ditungguin. Dia juga langsung akrab banget sama anak lain dan semua ngira kalo mereka emang temenan di rumah, ternyata yaa baru kenal setengah jam lalu dan langsung main asik banget. Ini anak jenis easy child yaaa, mereka emang gampang banget deket sama orang lain, bisa langsung adaptasi di lingkungan baru dan biasanya gampang berbaur sama orang lain dengan cepat. Beda lagi sama si anak cantik yang minggir-minggir main sendiri, mamanya nungguin di depan ruang bermain sih, dia masih malu-malu diem, ditanyain siapa namanya dieeem aja, cuma mau jawab pertanyaan dengan ngangguk atau geleng2 aja. Pas kita deketin, udah tau namanya dan ngajak dia main bareng, baru deh mulai ngomong dikit-dikit tapi suara keciiil banget. Cute banget ini anaknya sampe bikin greget hahaha. Pas dia ngerasa mulai nyaman sama guru-guru dan suasana sekolah barunya, beberapa jam kemudian udah mau ditinggal nih sama mamanya, waah saya langsung ngeh ini anak tipe slow to warm up banget. Anak tipe ini butuh waktu cukup lama untuk memperhatikan sekitarnya, apakah lingkungan bikin nyaman apa enggak, apakah ada orang lain yang bisa dia 'pegang' selama disana. Nanti kalo udah nyaman, anak akan mulai mau membuka diri dan bergaul dengan orang lain. Selanjutnya, tipe terakhir yaitu anak hard child. Ini anak-anak yang susaaah banget nempel sama orang lain selain caregiver-nya, ga ngerasa nyaman di tempat baru dan sulit adaptasi. Dia mau kalo ada emak atau caregiver yang nemenin dia biar ngerasa safe dan nyaman. Biasanya anak ini gamau ditinggal sama sekali dan cenderung punya separation anxiety atau kecemasan untuk berpisah dengan orang terdekatnya, jadi pas sekolah harus ditungguin terus nih.

Sebenernya, tempramen ini bawaan yaa, bukan turunan. Jadi, anak lahirnya dengan membawa sifat-sifat ini sebagai hasil dari proses perkembangannya di dalam kandungan. Bisa jadi beda banget sama orang tuanya atau saudara karena ini bukan turunan, tapi bawaan. Tempramen kalo saya lebih suka bilangnya adalah bonus yang diberi ke anak, gak bisa ditolak dan ditawar-tawar. Udah bawaannya itu ya ga bisa diubah, namun ini bisa diminimalisir atau dikondisikan. Parenting atau pola asuh yang tepat dibutuhkan agar tempramen pada anak ini bisa sesuai dan tidak menganggu, karena masing-masing tempramen tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Komunikasi dan attachment dari orang tua juga diperlukan agar anak bisa berfungsi secara baik di masyarakat. Selain itu, mungkin pengetahuan mengenai tempramen anak ini paling penting untuk dipelajari atau dikenali yaa, agar guru dan orang tua juga dapat memahami gaya sosialisasi masing-masing, tanpa memaksa ataupun menghakimi anak.

Exploring My Identity

Pernah denger istilah orang yang dewasanya 'telat'? Mungkin saya salah satu yang suka bilang gitu ke orang lain. Gak berniat ngejudge sih, tapi ternyata gak bisa digeneralisasikan juga ke satu orang. Maksudnya, aspek kehidupan itukan banyak, menurut pak bos Bronfrenbrenner juga aspek manusia itu meliputi microsistem, makrosistem dan lain sebagainya itu, jadi mungkin aja karena ada stimulasi yang berbeda-beda untuk tiap-tiap aspek itu akhirnya menjadikan seseorang 'matang' tidak secara menyeluruh. Ada orang yang secara pengalaman karir gak usah diragukan, udah paham semua seluk beluk tentang pekerjaan, tapi di masalah asmara dia nol besar. Sebaliknya, ada orang yang udah makan asam garam masalah percintaan, sampe saking bijaknya udah ga ngurusin lagi nih, tapi mungkin di masalah karir atau keluarganya ga sehebat bagaimana dia menghadapi urusan lawan jenis. Intinya kalo dilihat dari kasus-kasus tertentu, kematangan itu beda di tiap-tiap aspek lah, balik lagi berdasarkan pengalaman dan proses belajar si individu.

Nah, kali ini saya mau cerita tentang diri saya sendiri, karena saya ga berani ngejudge orang jadi saya mau cerita tentang saya aja hehe. Saya gak mau bilang kalo saya sudah jadi 'dewasa' atau 'matang' dalam segala aspek sih, tapi ada perubahan yang saya rasain, kayak mengenai cara berteman (pernah saya tulis sebelumnya) ketika saya bisa legowo ketika ga harus memaksakan ngumpul dengan temen-temen yang makin sibuk, atau cara saya mengadapi patah hati, ga ada air mata sama sekali, berbeda dibanding beberapa tahun lalu waktu jaman abege. Faktanya, i'm proud of my self loh. Kadang memang ya kita yang ngerasain perubahan dalam hidup kita, kita sendiri yang sadar dan akhirnya kita paham aspek mana saja yang sukses kita capai kedewasaannya. Tapi, masih ada aja yang mengganjal sih dalam diri saya, tentang hal yang selalu saya tulis dalam tulisan mengenai analisis dari dalam beberapa tugas mata kuliah. Fyi, basic pendidikan saya psikologi, jadi tugas analisis dari atau curhat ini udah sering banget yaa saya kerjain. Yang anak jurusan lain jangan bingung -______-

Singkat cerita, permasalahan yang masih bikin saya greget adalah masalah identitas diri. Tentang siapa diri kita sebenernya,  minat dan bakat kita dimana, kita mau ngapain ke depannya, diri kita sebenernya ini kayak apa sehingga nanti bisa cari relasi yang seperti apa, dan banyak lagi. Namanya aja identitas, kalo gak ditemuin, akhirnya malah bingung kan? Normalnya,  menurut pakde Erik Erikson, masa pencarian identitas ini mulai pada saat remaja awal dan seharusnya berakhir pada masa remaja akhir, dengan tujuan individu yang memasuki tahapan perkembangan masa dewasa awal sudah bisa menentukan apa yang ingin dia lakukan dan dapat menemukan potensi dalam dirinya dalam rangka memenuhi tahapan perkembangan yang semakin rumit, seperti karir, pernikahan, membangun generasi selanjutnya, wisdom dll. Tahap perkembangan yang satu tentu sangat mempengaruhi tahap perkembangan selanjutnya, jika ada yang belum selesai atau gagal di bentuk, maka proses di tahap selanjutnya juga sangat beresiko tinggi untuk terjadi penyimpangan pekembangan. Contohnya, anak yang tumbuh dengan tidak memiliki kepercayaan dari orang tuanya akan menjadi remaja yang tidak percaya diri dan bergantung pada orang lain. Atau remaja yang tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri, tentu akan jadi individu yang tidak tegas dan plin-plan saat dewasa. Pada dasarnya, sukses dalam tahap perkembangan secara keseluruhan amat sulit untuk dicapai, namun paling tidak tahapan ini harus dimulai sesuai dengan usia kronologis si individu. Jangan sampai individu di masa dewasa awal malah baru mulai merasakan tahap perkembangan remaja di usianya. Kasian sih, karena tentu akan berpengaruh dengan mental age juga kan kalo begitu.

Balik lagi ke saya, daripada sok berteori kan, untuk bilang kalo tahap perkembangan saya telat, susah juga sih, tapi memang tahap eksplorasi identitas saya yang terbilang sedikit terlambat. Jadi anak yang selalu berusaha ada di zona nyaman kadang juga ga begitu baik. Tapi dengan menyadari ini, akhirnya saya bisa mulai mengeksplor sedikit demi sedikit tentang siapa saya sebenarnya dan apa yang benar-benar saya inginkan. At least, saya bisa mempersingkat waktu selama sekian bulan untuk menggantikan masa-masa remaja mulai dari jaman SMP hingga pertengahan kuliah kemarin yang bisa dibilang tidak digunakan secara maksimal. Bukan hal besar sih, karena saya juga tau diri untuk gak ngerepotin dan bikin khawatir orang lain, khususnya orang tua. Ga enak juga kalo nanti ada omongan 'si ulik udah dewasa tapi kelakuannya masih kayak anak SMA'  kan jadi lucu hehehe

My first personal trip jadi salah satu yang the best sih sebenernya menurut saya, ke depok serba sendirian, urus-urus berkas cuti yang berasal dari keputusan saya sendiri, di penginapan dan jalan-jalan serba sendirian jadi pengalaman yang amat berharga buat saya. Maklum nih, biasanya kemana-mana selalu ada ekornya, emak bapak saya haha 😅 Terus akhirnya bisa bebas potong rambut super pendek, cat warna ungu walopun jadinya akhirnya kemerahan ga jelas haha, ngacir nonton dan ke salon sendirian dengan transportasi umum, naik KRL sendiri ngunjungin rumah temen di ujung sono, menikmati berenang sendirian, ngobrol dengan orang baru, nyoba menu masakan baru yang tujuannya untuk dimakan sendiri, ngobrol dengan wakil dekan yang awalnya saya takut banget, konsultasi ke psikolog, dll. Yang paling ekstrim sih nyoba makan sendirian di restoran saat orang lagi rame jam makan siang! awalnya takut-takut sih, atau buat sebagian orang itu biasa banget. Tapi buat saya, ini cara bagaimana saya bisa percaya dengan diri saya sendiri, saya bisa merencanakan sesuatu dan menentukan keputusan untuk diri saya sendiri tanpa bantuan atau pengaruh dari orang lain. Hal yang paling saya banggakan adalah, akhirnya saya gak takut sendirian tuh! Saya ga kesepian-kesepian amat. Jadiii, jadwal eksplorasi saya selanjutnya mungkin ikut open trip, jalan sama orang yang ga saya kenal sama sekali, mulai bangun relasi, jangan takut sama orang lain, mulai buka diri. Nanti selanjutnya baru deh solo trip! kalo bener-bener udah dapet keberanian dan restu dari orang tua sih hehe. Eksplorasi identitas dalam waktu singkat yang saya sediain di sela-sela studi mungkin memang udah direncanain sama yang di atas kali yaa. Biar saya ga penasaran lagi sama hidup, dikasih sekarang karena memang orang tua udah lebih percaya dan saya juga lebih dewasa secara usia. hmmm, memang semua ada hikmahnya kok, pasti-pasti!

Monday 17 July 2017

Menuju 24 tahun

        Hari ini saya mulai ikut kerja magang di Taman Kanak-Kanak dekat rumah. Karena basic pendidikan saya bukan seorang tenaga pengajar atau guru, jadi saya sekedar bantu-bantu di bagian administrasi atau ikut ngasuh anak-anak saat dalam waktu bermain atau waktu makan. Yaa, itung-itung cari kegiatan lah, sekaligus latihan hahaha. Hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah, jadi anak-anak yang baru daftar ulang juga datang bersama orang tuanya. Sata itu saya sedang bermain dan berkenalan bersama beberapa anak di ruang bermain, tiba-tiba dateng nih satu anak laki-laki bersama orang tuanya, pas ketemu saya kaget dong, muka emaknya gak asing banget, familiar dan gak berubah. Setelah pikir-pikir, waaah ini temen SD saya dulu!

Saya : Mbak! Apakabar? Masih inget gak?
Mbaknya : Siapa ya?
Saya : Looh, gak inget lagi. Uli mbaak, Ulya.. anak SD 66 sekelas duluu.
Mbaknya : Ooh Ulyaaa, Ngapain disini lik? Nganter jugaa? Anakmu yang mana?
Saya : Hehehe enggak magang doang disini, bantu-bantu gurunya, cari kegiatan.
Mbaknya : Kirain, terus anaknya kemana?
Saya : Hehe belum ada mbaa (udah agak meringis)
Mbaknya : Loh, kalo nikah udah?
Saya : Duuh belum mbaak (makin meringis)
Mbaknya : Tapi calonnya udah ada kan?
Saya : Anaknya umur berapa mba yang digendong? terus yang mau masuk TK ini anak pertama? hehehe.

       Ketika orang ditanya malah balik nanya dan mengalihkan pembicaraan, itu artinya kamu ga pengen banget dibahas lagi masalah itu kan? sama kayak saya sewaktu di posisi itu. Berasa baru masuk SD eh ditanya kapan kuliah, nah kalo dalam hal ini, boro-boro anak saya masuk TK mbak, sekarang punya pasangan aja kagak hiks :"( Jadi, mulai besok kebayang dong, saya harus ngasuh anak temen SD dulu, gatau deh awal-awal rasanya malu, lebih malu daripada ketika ditanya kapan lulus kuliah 😅😅  Berasa ketinggalan jauh gitu langkahnya dari temen yang mungkin masa perkembangannya lebih duluan maju daripada saya, sedangkan saya masih gini-gini aja.

     Cerita kedua, dateng dari temen deket di SMA yang baru aja melahirkan. Horraaay dapet ponakan baru lagii, dan artinya si emaknya makin ga bisa diajak kemana-mana hihii, but it's okay, besok-besok pas ngumpul berarti makin rame karena baby nya makin banyaak, belum lagi yang hamil beranjak 6 bulan dan yang baru hamil 3 bulan masih ngantriii. Aaaak makin banyak baby, makin banyak yg digangguin hihiii. Tapi makin gigit jari juga, karena berasa anak saya kapaan bisa ikut ngumpul ya? hahaha

    Cerita ketiga datang dari direct message via instagram dari sahabat yang di depok, dia cerita bahwa dia lagi di masa-masa galau yang mau ditinggalin temen deketnya nikah haha, akhirnya dia ngerasain masa itu juga, kalo saya sih udah lewaat yaaa. Makanya dia nanyain kiat-kiat tertentu supaya gak ikutan galau, saran saya sih nikmatin aja hehe. Dan akhirnya datenglah cerita kita berdua pengen tukeran orang tua. Si temen yang di depok lagi berasa 'ditinggal nikah banget' sama sahabatnya tapi dia sedih karena emaknya gak ngedesak dia nikah sama sekali, padahal dia lagi galau abis juga kepengen nikah hahaha. Orang tua si temen ini memang masih muda, dia anak pertama dan mamanya pas nikah masih muda banget, jadi lingkungan mamanya itu punya anak yang masih baru-baru mau masuk sekolah SMP atau SD gitu. Masih jauhkaan mikirin nikah, ga ada perbandingan jugaa. Mamanya hampir lupa kalo punya anak udah mau usia 25 tahun tapi gak kunjung dikode nikah atau dicariin jodoh hahaha. Nah, kebalik sama saya, kedua orang tua saya justru menikah di usia yang matang, jadi ketika temen-temennya udah punya cucu dua atau tiga, bapak saya baru mau nikahin anak yang pertama dan sampe sekarang belum punya cucu. Akhirnya penasaranlah pengen cepet-cepet nikahin atau nyariin jodoh buat anaknya. Kakak saya udah nikah sih, tapi istrinya belum isi, jadi taulah kaan siapa yang jadi korban berikutnyaa -____- saya dong, sebagai anak kedua, dan punya adik laki yang juga sepertinya pengen nikah muda. Kalo saya sih udah di masa yang... okee usia udah mau 25 tapi udah pasrah aja kapan jodohnya dateng. Mau dilangkahin adek laki-laki saya juga ga masalah sih, toh gimana kalo jodohnya udah dateng duluan kan, mending disegerakan. Tapi makin begini, sebenernya makin gerah ditanyain atau digodain mulu, iya kalo pas kemaren ada calonnya, nah sekaraang? maaak jodohin aja maaak kalo ngebet pengen anakmu cepet nikah hahah tapi kalo gak mau juga gapapa sih, gak didesak-desak juga kayaknya bakal lebih baik dan lebih tenang kan?! hmmm

     Sebenernya, cerita kali bukan masalah saya malu karena belum nikah atau ngebet pengen nikah, tapi ini curahan hati perempuan yg sebentar lagi 24 tahun dan selalu jadi sasaran pertanyaan orang-orang. Yaaa akhirnya saya ngerasain apa yang dirasain perempuan matang yang belum kunjung menikah. Kalo memang jodohnya belum dateng, terus saya mau gimana? kalo memang yang dateng belum cocok dan belum sreg masa mau saya paksain? Saya loh gak sok cantik bu, milih-milih laki, saya malah lebih takut yang dijodohin itu yang kecewa sama saya nanti 😅😅 . Tapi hikmah yang diambil adalah.. i'm truly getting older yaaaa, ketika temen-temen saya udah jadi seorang ibu, saya masih gini-gini aja. Kayak ada satu tahapan perkembangan yang seharusnya mulai saya masuki tapi sayangnya saya belum ke arah sana sama sekali, sedangkan tahap perkembangan sebelumnya sudah saya tuntaskan dengan baik. Akhirnya? kebingungan identitas. Ini bener-bener yang dibilang hampa atau lost, bingung dengan tuntutan yang dialamatkan ke saya, tapi saya juga belum bisa memenuhi tuntutan tersebut. Solusi lain? lebih fokus ke tugas perkembangan yang lain aja sih sepertinya, misalnya yang berhubungan dengan karir atau membangun relasi. Pelan-pelan aja bikin goal lain dalam hidup, semoga nantinya orang tua juga akan mengerti bahwa semua akan menikah pada waktunya kok. Semogaaa 😂😂😂 Nah, sisanya kalo ditanya yang aneh-aneh? nyengir kuda ajaaaaa. Makanya cariin dong hahaha 😜😜

My final broken heart message

This is my last broken heart message
This is my last goodbye
  
Satu minggu waktu sangat amat cukup untuk melupakan dua tahun. Hal terberat adalah saat kamu harus memenuhi deadline yang sudah kamu tentukan sendiri, karena kamu harus berkomitmen dengan dirimu sendiri. Satu minggu, waktu yang saya sediakan untuk mengingat, merefleksikan diri and forget all of those memories. Satu minggu untuk meng-galau dan satu minggu untuk menumpahkan semua emosi tentang ini. Bersyukur karena satu minggu akhirnya telah terlewati dan waktunya untuk bangkit. No More Sad Song, lik! Sudah kamu pikirkan semuanya dengan baik dan serahin saja sama yang Maha Kuasa. This is the best thing you have done. Let's move, memang yang namanya patah hati itu gak ada yang enak, tapi patah hati gak membuat hidup kita hancur seketika. Namanya menjalin hubungan harus siap kehilangan kan? Sekarang, buka lembaran baru, perjelas urusan ini dengan keluarga, say sorry to everyone, janji bakal dapat yang lebih baik dan memperbaiki diri lagi. Lupakan semua tentang mantan yang pernah nyakitin kamu atau yang membuat kamu pergi. YOU DESERVE TO BE HAPPY, Lik! Kamu pantas untuk diperjuangkan orang lain lagi. Kamu telah berbuat yang terbaik yang bisa kamu lakukan saat ini. Jangan mau dianggap kamu yang gak punya hati, karena setelah kamu kasih semuanya, dia yang gak mau berjuang untuk kamu, dia yang gak mampu untuk mengorbankan hal lain demi kamu, dia yang membagi hatinya bukan hanya untuk kamu, dan dia yang gak pernah menyadari bahwa dia telah nyakitin kamu. You deserve to be happy, lik! Biarkan orang lain bikin kamu bahagia dan menjadikan kamu yang utama di hidupnya seperti yang sudah kamu perjuangkan untuk dia selama ini. Lupakan dia yang gak bisa menghargai usaha kamu. Apapun yang terjadi, jangan pernah lihat ke belakang lagi. Apapun yang terjadi, jangan mau untuk kembali, karena kamu pantes bahagia, lik! Kamu harus bahagia.

This is my final goodbye
This is my final broken heart message
Be Happy, lik! You must be happy!

Sunday 16 July 2017

current mood: Falling In Love

"Not sure if you know this, but when we first met, i got so nervous, i couldn't speak. In that very moment I found the one and my life had found its missing piece"
 
    Mood lagi random, malem ini tiba-tiba berasa fallin' in love, gatau sama siapa, gatau karena apa. Pokoknya lagi pengen denger lagu-lagu yang yang mellow dan sweet abis. Apalagi kalo bukan 'satu-satunya lagu yang dimimpikan untuk wajib diputar sebagai lagu wajib atau national anthem kalo nanti saya pada akhirnya dapet waktunya nikah 😅" (maaf ngomongnya berbelit-belit, karena agak gak yakin sama rencana yang satu ini. Hamba pasrah ya Allah 😂). Lagu apa itu? Beautiful in white dari Shane Filan, vokalis utama boyband asal Irlandia, Westlife. Lagu ini awalnya cuma lagu demo untuk westlife, namun ga lolos produksi, padahal lagu ini sweet dan keren abis. Gatau deh kenapa ga di-release, namun pada akhirnya ini lagu malah ke-upload bebas dengan suara Shane sebagai penyanyinya. Di Indonesia sendiri, lagu ini udah terkenal banget. Tapi sayangnya, Shane baru nyadar beberapa tahun terakhir ini kalo ada lagu solonya dia yang dicintai di beberapa negara, khususnya di Negara-negara Asia. Kabarnya di album terbaru di tahun 2017, lagu ini baru akan dimasukkin ke dalam album solonya, meskipun gak jadi single utama sih. But this song, ga usah diapa-apain lagi deh, cukup kayak gitu aja, dari melody dan liriknya menyayat hati banget. 

"So as long as I live I'll love you
Will have and hold you
You look so beautiful in white
And from now to my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight"

     Kebayang kan yaa, lagu ini diputer saat first dance dalam acara nikahan kamu. Oke, kalo di Indonesia ga ada istilah first dance, diputar saat first walk atau dalam video clip nikahan aja rasanya it makes my life complete. Itu menurut saya sih, sekali-kali menghayal gapapa lah yaa hehe. Tapi saya bukan penikmat satu-satunya untuk jadiin lagu ini sebagai national anthem saat nikahan, udah banyaaak banget pasangan yang make lagu ini. Soalnya emang beneran bagus loh! everlasting banget huhuhu. Perfecto!

"And if our daughter's what our future holds. I hope she has your eyes. Finds love like you and I did.. When she falls in love we let her go. I'll walk her down the aisle. She'll look so beautiful in white... "
Link video beautiful in white:


      Nah, sama ada satu lagi nih, lagu lama dan udah banyak yang cover, tapi tetep, favorit saya dan pertama kali saya ngeh lagu ini bagus banget adalah saat dicover oleh westlife dalam Love Album mereka. Judulnya Nothing's gonna change my love for you! Ga usah ditanya gimana sweet dan romantisnya lagu ini. Didengerin bikin adem dan bikin makin berbunga-bunga bagi yang lagi jatuh cinta. Ini juga termasuk national anthem saya sih, mau mood gimana pun, kalo denger lagu ini langsung adem dan bikin mood jadi membaik. Mau di ulang-ulang kayak apapun, gaaa pernah bosen!! 😍😍😍 Saya mau menggal lirik buat ditulis disini aja bingung, saking bagus semua nih maknanya :D


"Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you"

Link video nothing's gonna change my love for you - westlife

  
Dengerin lagu gini dengan mood yang begini, siapa sih yang ga pengin ngerasain jatuh cinta lagi? 😍😍😍😍😍😍

Bullying? Errrgghhh

     Baru aja baca berita di salah satu akun gosip Instagram mengenai ada anak berkebutuhan khusus dibully sama temen-temen kampusnya, miris banget liatnya sumpah! Kenapa ya bully masih ada aja di hari gini? Bully dengan ngejelek-jelekin kekurangan orang lain? itu anak yang ngebully kekurangan vitamin otak atau kebanyakan makan micin dah?? Mereka ngomongin orang seenaknya, awal-awal pasti bully secara verbal, lama-lama ke fisik deh. Itu si ABK ditarik-tarik tasnya terus diketawain rame2, direkam lewat hape dan yang lain nyengir diem aja, How can you do that? How cruel you are! Asal tau aja, kesenangan yang di dapat si pelaku apa sebanding dengan kepedihan korban bully dan keluarganya? apa sebanding dengan trauma dan gangguan mental lain yang bisa saja terjadi akibat trauma itu? Bukannya di dunia dan hidup ini akan lebih damai ya kalo kita lebih toleransi sama kekurangan orang lain? Hey, orang seperti mereka hadir tujuannya untuk bikin kita bersyukur. Mereka juga butuh kasih sayang, apa keinginan mereka untuk terlahir kayak gitu? Apa orang tuanya sengaja bikin anak yang istimewa gitu? enggak kan? BAYANGIN  dah nanti kalo nanti salah satu anggota keluarga kalian berkebutuhan khusus atau istimewa dan jadi korban bully! Sakit kan? sedih kan? harus support habis-habisan agar mereka ini bisa hilang traumanya.

     Kenapa saya begitu marah? karena saya suka sedih melihat orang yang seperti ini diperlakukan dengan tidak layak. Karena akibat yang ditimbulkan ini jangka panjang, ga kayak sakit fisik yang dikasih obat selesai. Alasan lainnya? because i was bullied before! saya bukan anak berkebutuhan khusus, tapi gatau deh saya mungkin punya tampang dan kapasitas otak yang terlihat asik untuk dibully. Meski gak se-ekstrim anak istimewa tadi, apa sakit? yap! trauma? pasti. Apa efeknya sampe sekarang? banyaaaak bangett. Ngerasa hidup saya seakan-akan hancur itu udah biasa, malu ketemu orang lain, takut keluar rumah, ngerasa gak berharga dan ga bisa bersaing dengan orang lain. Ketemu atau ngumpul dengan orang yang lidahnya "agak lepas" aja takut, joke-joke mereka yang dengan merendahkan kekurangan orang lain, atau sekalipun menggunakan kontak fisik mempermalukan orang lain di depan umum. Ada yang begitu? adaaaa, saya sudah banyak belajar kasusnya sampe lihat depan mata bahkan ngerasain yang seperti ini.

    Kenapa sih harus menggunakan kekurangan orang lain sebagai bahan buat joke? meskipun dengan teman dekat atau keluarga sendiri, it is not good at all. Kita semua pasti punya pikiran spontan tentang orang lain, tapi bukannya tugas kita ya untuk punya kontrol diri dan memilah, mana yang harus diucapkan mana yang cukup kita simpan sendiri saja. Apalagi kalo menyangkut hal-hal sensitif atau masalah orang lain. EMPATI please, bayangkan kalo kita ada di posisi itu. Bayangkan kalo kita atau saudara kita diperlakukan seperti itu.

    Apalagi sekarang mulai digalakkan bahwa mereka yang berkebutuhan khusus dan masih mampu bersekolah juga bisa ikut kuliah di kampus umum, bercampur dengan mereka yang dikategorikan 'sempurna secara fisik dan mental'. Nah bayangkan kalo masih ada aja mahasiwa yang kekurangan micin begini? suka bully? gimana gak khawatir lah itu si ABK atau keluarganya. Mereka bukannya nyaman malah cemas toh. Terus sampe kapan masyarakat khususnya anak kuliahan kita bisa berempati dan menahan diri? Please, mungkin kita ga bisa mengontrol orang lain, tapi kita bisa mulai dari mengontrol diri kita dan orang terdekat yang ada di sekitar kita. Please, Please, Please.

"Empathy is the experience of understanding another person's condition from their perspective. You place yourself in their shoes and feel what they are feeling."

Celoteh setelah subuh

Minggu, 16/07/2017. 05:31 AM

      "Sahabat jadi cinta" atau "best friend turns to be lovers", meski secara resmi ga ada genre film ini, tapi entah kenapa saya suka sekali film dengan plot laki-laki dan perempuan yang sahabatan udah lamaa banget. Mungkin mereka tetangga, atau mereka teman masa kecil, bersahabat, saling jaga satu sama lain, saling sayang 'layaknya sodara', saling curhat meskipun punya pasangan masing-masing, tapi seiring waktu... ketika sudah mulai cari yang serius, mereka menyadari... why do you see so far? she or he is right infront of you!.

    "Sesungguhnya dia ada di dekatmu, lebih sekedar teman dekatmu, berhentilah mencari karena kau t'lah menemukannya"
Sepenggal lirik dari Anji, penyanyi Indonesia yang saya tiba-tiba lupa judul lagunya nya apa hehe. Atau pernah nonton film one day? kisah cinta Anne Hathway dan Jim Sturgess yang penuh liku, butuh waktu 50 tahun untuk menyadari bahwa mereka sebenarnya saling mencintai satu sama lain. atau film Love, Rosie (2014)? waah ini keren menurut saya, selain aksen inggris yang dipake dan pemainnya ganteng banget hahah, tapi peran Rosie dan Alex yang deket banget layaknya sodara, skinship intens tapi dianggap biasa aja (settingnya di inggris sih), chemistri mereka berdua yang SEHARUSNYA dari awal jadian aja, tapi jangan salaah, mereka juga melewati masa-masa harus dapat pasangan lain dulu, namun saling kecewa lalu menyadari bahwa mereka sebetulnya jatuh cinta dengan sahabat mereka sendiri. Ada lagi kayak Made of Honor, si ganteng Patrick Dempsey rela ngelawan pangeran skotlandia untuk bilang cinta ke sahabatnya yang mau nikah, dia baru sadar kalo sebenernya dia jatuh cinta setelah pasangannya mau nikah. Ada lagi nih series Jane by Design, yaitu kisah antara Jane & Billy, di awal seri mereka itu friendship goal banget. Dibilang kayak sodara ya banget, tapi si Billy baik banget, mereka struggling dengan kisah cinta masing-masing dan saling ngingetin serta support each other, mungkin saya satu-satunya penonton yang mikir dari mulai episode pertama, 'kenapa gak jadian aja sih? udah segitunya sweetnya berduaaa?' dan jeeeng jeeeng di akhir episode yang ngegantung (saya sedih huhu, season 2 ya juga di cancel hiks), Billy dan Jane nyadar kalo mereka itu saling cintaa, mereka cuma ga jujur sama diri mereka sendiri!!

      Korban film banget sih lik? sebenernya gak juga sih, justru awal mula saya suka genre film ini karena saya yang ngerasain duluan hahaha, baik cuma slightly suka-suka cinta monyet, sampe yang nyoba buat jadian deh. Apa berhasil? hmmm but its not working :( tergantung siapa yang dipacarin juga kali yaa haha. dan tergantung tingkat hubungan lagi sih, kalo cuma sekedar temen ngumpul bareng mungkin sulit untuk bertahan karena gak terlalu deket secara personal hubungannya, tapi kalo kamu punya temen cowok, baik banget, keliatan sayang, selalu support kamu no matter what, selalu ngingetin salah kamu, selalu ada buat kamu kalo mau curhat, dan selalu kooperatif kalo di ajak ketemu, udah gak tau malu lagi satu sama lain, nyambung banget diajak ngomong, udah paham gaya joke masing2, udah paham apa aja yang kamu omongin, kurang apalagi cobaaa? kenapa ga dipacarin sekalian? haha apalagi kalo sama-sama oke kan, secara penampilan mendukung, kenal dekat orang tuanya, iiiih kalo saya sih kalo ada yang begitu mending tak embat aja, daripada nanti jadi punya orang hahahha apalagi coba yang kurang? tujuan nikah cari temen hidup kan? kenapa harus lihat jauh-jauh dulu kalo di dekat kita ada cewek atau cowok berkualitas yang masih nganggur? daripada nanti malah nyakitin pasangan masing-masing kan :(

       Memang sih, sometimes friend can only stay being friend, atau bisa aja jadi kekasih. Kayak film my best friend's wedding atau kisah saya sendiri yang gagal. Namun, tau kisah nyata nih yaa, nikahnya Ayudia Bing Slamet dengan sahabat yang kini jadi suaminya, Dito? how cute kan? kalo bagi saya itu sih friendship goal banget dengan lawan jenis yang akhirnya dilamar jadi istri, dan ini yang benar-benar dinamakan 'teman hidup". Saya sih maunya juga gitu, tapi apa daya, sama cowok aja takut hahaha. Punya temen cowok pun ga bisa se-intens dan sedekat temen cewek, personal space saya sama cowok itu jauuh banget, bahkan sama pacar sendiri. Jadi kalopun suka, ya suka-suka sebulan dua bulan, habis itu the real just a friend. CUMA TEMEN dalam konsep yang sebenernya, jalan rame2 aja dan jarang, mereka ngumpul ga harus ada saya dan juga sebaliknya itu, itu juga kalo ngumpul ceweknya juga banyak. Curhat sama pasangan cowok? jarang, jarang banget, kecuali pacarnya mereka juga temen dan sahabat saya. Jalan berdua? Gak, gak pernah sama sekali. Saya undang kerumah? kalo rame-rame iyaa, itu pun jarang. Foto berdua? ngapain cobaaa, apalagi ala-ala prewedding, jalan sampingan aja jauh2an, kalo bisa ga sampingan deh, ga enak. apalagi gandeng dan peluk-peluk, ga pernah sama sekali iiih. Ngapain! Kenal sama orang tuanya? gaak, gak tau blas. Tau rumahnya aja syukur. Jadi saya mau sahabat jadi cinta sama siapa dong? yang ada sih dipacarin dulu baru jadi sahabat hahahah

     Makanya nih, baiknya saya, saya selalu menghargai kalo pasangan saya punya sahabat, saking menghargainya, saya selalu tanya, "kenapa ga jadian ama sahabatmu aja? kenapa harus nyari jauh-jauh?", dan beragam jawaban pernah saya dapatkan, ada jawaban yang masuk akal kayak, "kami cuma temen cuma kalo pas lagi kumpul rame-rame, kalo chat atau telpon berdua ga pernah sih". atau "dia itu temenan baik sama si A, jadi pas ngumpul ya kebetulan aja ada dia dan kita rame-rame kok, itu juga sebatas main uno dan ngobrolin kuliah". Atau ada juga jawaban ga rasional sama sekali seperti "kami ga pacaran soalnya ga boleh sama si A, takut mengganggu persahabatan (berarti aslinya mau kan)", atau "dia loh juga punya pacar (berarti kalo ga punya mau juga kan wkwk)", atau "kami cuma kayak sodara kok (ini ga mungkin banget, beda loh yaa lawan jenis kalo temenan itu kayak apa wkwk)". Saya udah banyak sih nemu yang awalnya sahabat-sahabat ternyata pas ditanya modusnya beda, padahal temen ngumpul bareng nih, pas sekali curhat si temen bilang kalo lagi patah hati gara2 si cowok baru aja jadian. duh! suka toh selama ini? perhatian dan ngebet pengen ngumpul selama ini karena suka toh? looooh katanya sahabat haha dan banyak lagi lah cerita2 kayak gitu.

       Kalo prinsip saya pribadi sih, ga ada yang namanya cewek sama cowok bisa temenan deket, just be a best friend, No! Kalo saya sih ga percaya yaa. Pasti minimal pernah suka dan cemburu-cemburuan, syukur-syukur kalo bisa dilupain anggep ga ada apa2 dan akhirnya jaga jarak, itu bagus. Tapi kalo makin kesini saling butuh, skinship ga normal sama temen, pembicaraan super mesra yang dianggap biasa, apa yakin itu cuma temen? yakin belum jujur saya sama diri sendiri tentang rasa apa yang sebenernya dirasain? kalo pisah, emang tahan? kalo enggak, berarti cinta kaan :) its okay sebenernya, karena setiap orang pasti punya perasaan, tapi yang bikin sedih adalah ketika kita gak bisa jaga diri, kita cari aman dengan membiarkan rasa itu tetap ada. Kita ga mau ninggalin perasaan itu, hanya karena kita belum tau emosi itu sebenernya dalam bentuk apa :(

      Ada lagi cerita nih dari calon adik ipar yang marah-marah karena adek saya sendiri masih deket dengan  mantannya dan punya temen perempuan di kampus yang sering bangunin dia tidur, sering chat pas lagi bosen dan sering minta anter jemput kalo ke kampus atau lagi ada acara. Wiih, kalo lagu lama tuh ya bilangnya, wanita mana yang tak sakit hatinya? hahha 😂😂 dan dia bingung si cowoknya ini (adek saya) sebenernya memang baik ke semua orang (termasuk cewek) atau gatau batesan berteman dengan teman laki dan teman perempuan. Ribut udah biasalah, dan tiba2 kemarin dia curhat meledak kalo sakit ati banget. Well, i feel you, dek. Memang berat kalo ada kenyataan kayak gitu. Saya awalnya gamau ikut campur sih, walopun adek sendiri, tapi saya kasian juga kalo terus-terusan gitu, Saya tau banget tipe adek saya yang temennya di kampus rata-rata cewek dan dari dulupun temen ceweknya banyak. Tapi saya sebagai kakak cuma bisa nasihatin karena saya rasa itu udah salah, terlebih inget banget mama saya yang bolak-balik menekankan batesan hubungan antara laki sama perempuan. Takut ada fitnah, takut nanti dijebak, takut ada apa-apa, apalagi kalo keluar malem, sebetulnya budaya di keluarga saya gak begitu, tau banget ngeliat ayah saya yang cueknyaaaaa minta ampun. Sering komentar tentang keakraban antar laki dan perempuan yang ga seharusnya kayak gitu. Tapi yang bagus dan alhamdulillah, ayah saya depend banget ke keluarga, apa-apa yang ditelpon istri sama anaknya, gamau banget tuh ditinggal mama saya, care dan perhatiaan banget walopun caranya suka marah-marah hehe. Mungkin posesif dan cemburuan saya nurun dari ayah saya yaah hahah mama saya yang sebenernya ga ngapa-ngapain aja kadang dinasehatin. Nah apalagi kalo ketemu atau denger cerita perempuan ama laki berteman tanpa batas atau pasangan yang affair, waaah biasa jadi 1 buku 3 jilid sendiri hahahhah. Pernah ada kejadiannya kok, dan saya manggut2 aja karena memang betul. Pada dasarnya, istri atau suami itu kan dinikahi untuk menjadi teman hidup selamanya, terus kenapa kita butuh temen lawan jenis lain lagi? apalagi teman dalam artian untuk curhat, untuk sekedar haha-hihi, temen jalan, ngeri kaaan?!.. selingkuh ya mulainya dari yang begitu2 haha intinya bergaul ada batesan lah, apalagi sama lawan jenis.

     Itu yang pengen banget saya bilangin ke adik saya sebenernya. Namanya punya relasi sewajarnya aja kan, apalagi lawan jenis itu besar banget kemungkinan untuk jadi fitnah. Gak suka sama bapaknya, anaknya difitnah, gak suka sama ibuknya, anaknya diomong-omongin, digosipin. Meskipun kita tahu yang bener, tapi ngerusak nama baik orang tua juga kan? Emang ada lik? adaaaa, banyaaak. Keluarga saya pernah dapet yang begitu. Kakak saya digosipin macem-macemlah, saya dibilang ga bisa jaga diri laah padahal saya pernah kemana siiih kalo gak sama temen cewek -_____- Yaaaa, its hurt, tapi itu fakta. Meski gitu, haters gonna be hate laaah yaaa. Belum lagi ada cerita nih, fitnahnya dari orang tua si ceweknya sendiri, anaknya dipulangin jam 11 malem eeh bapaknya mencak2 minta tanggung jawab ama si cowok, tetangga juga ikut ngompor-ngomporin, padahal mereka ga ngapa-ngapain, cuma abis jalan rame2 dan si cowok dapet tugas nganter T__T, dimulai dari omongan dan desakan tetangga, mereka dibawa ke RT, eeeeeh didesak buat dinikahin. Shock-lah si anak dua termasuk orang tuanya, tapi taulah kalo social punishment kadang memang lebih mengerikan dan lebih menyakitkan. Kita ga bisa nebak bakal terjadi apa enggak, tapi bisa berusaha dihindari kan?

      Udah saya ceritain panjang lebar ke adek saya tapi ya gituu, ngeyel ajaa, karena menurut dia ga mungkin gitu yaa, "itu kan orang lain, saya enggak", but who knows? ketika udah difitnah, terus mau gimana lagi, baru berasa sakitnya. I do feel it. Dia selalu percaya kalo "cowok itu bakal berubah pas abis nikah, mbak! tenang aja". Duuh enaknya dia ngomong gitu! Berarti cowok sekarang boleh main sebebasnya gitu yaa karena yakin banget bakal berubah nanti abis nikah? yakin? yakin banget diaa. Duh ga pernah belajar teori perilaku sih gimana susahnya orang itu berubah apalagi kalo lingkungannya masih kayak gitu. Baru mau belajar berubah abis nikah, terus berhasil berubahnya kapan? pas anak udah masuk SMA?? -___-. Dan hal lain yang mau saya omongin adalah, gak kasian sama cewekmu? ketika dia udah serahin semua waktu dan tenaganya untuk kamu, dia berusaha menahan diri utk gak haha hihi sama temen cowok yang sebenernya juga biasa aja demi jaga perasaanmu, dia rela mikirin kamu siang malem hanya untuk memastikan kamu baik-baik aja, dia jaga perilaku untuk nama baik orang tua dan nama baik kamu, eeeh kamunya bukan jaga diri malah mengumbar diri -________- rela biarin orang tua bingung nungguin kamu pulang semaleman eh kamunya main uno sambil ngopi ga jelas. Ketika orang tuamu berusaha jaga nama baik keluarganya, eeeh kamu keluar sama cewek malem-malem cuma buat jalan atau ngumpul-ngumpul kayak ga punya waktu siang atau sore aja. Situ sehat? wkwkwk saya ga cuma mau bilang buat adek saya aja sih, tapi semua yang masih seperti itu, termasuk reminder untuk diri saya. Mungkin saya juga suka khilaf keluar sama temen atau pacar sampe maghrib dan suka marah kalo disuruh pulang cepet, saya lagi ga sadar aja kayaknya pas itu hahah saya suka lupa kalo orang tua saya cemas dan cemas itu ga enak banget.

      Dek, dek, cewek mana yang tahan dan ga sakit hati lihat kamu masih deket ama mantanmu atau sahabatmu, atau cewek yang pernah kamu suka atau cewek apalah yang selalu deket-deket dan mesra ke kamu. Mungkin kamu mikir kamu bisa jaga diri untuk gak suka atau itu memang cara kamu buat jaga diri, tapi bukannya pacarmu gak percaya. Dia sayang sama kamu, dia takut kehilangan kamu, dia takut kamu tergoda sama cewek lain yang lebih cantik, lebih menarik, lebih pinter masak dan lebih pinter bergaul dengan lawan jenis. Dek, mungkin kamu ngerasa kalo kalian ga ada apa-apa, tapi dengan intensitas dan cara bergaul gitu kamu yakin ga ada apa-apa? kenapa? pacarmu banyak kekurangannya kah? kekurangannya itu bisa kamu temuin di cewek itu kah?, kamu ga sadar kalo cewek kamu udah ngorbanin semuanya dan jadikan kamu satu-satunya sahabat dan teman dalam hidupnya? karena dia udah yakin sama kamu dan pengin ngelaluin semuanya cuma sama kamu. Dia ceritain semua permasalahan pribadinya cuma sama kamu, dia rela nangis jelek cuma di depan kamu, dia berani korbanin waktunya buat kamu, masih kurang? apa? kurang cantik? itu sih masalahmu berarti yang belum bisa jadiin pasanganmu jadi yang nomer satu (kecuali sama keluarga yaa itu lain cerita).. Katanya serius kan? orang tua udah tau kan? keluarga semua udah tau kan? Jadi, kalo kamu ga bisa lepasin atau jaga diri dengan temen perempuanmu, dia bisa apa? dia mau nangis-nangis teriak kalo dia cemburu percuma aja kan? karena dek, kamu berpikir untuk diri kamu sendiri, kamu gak liat dari sudut pandang dia sebagai perempuan. Dan kamu ga pernah tahu intensi sahabat perempuan kamu itu ke kamu, dan kamu suka lupa dek, Allah itu maha membolak-balikkan hati. Kalo akhirnya kalian saling suka, pacarmu gimana? dikhianati dan diitinggal gitu aja? Kita ga pernah tau sama perasaan kita dek, kita cuma bisa jaga diri, jaga hati jangan deket-deket lawan jenis lain, karena harusnya kamu sadar, ada orang lain yang sedang jaga hati dan dirinya buat kamu. Kalo dia mau mungkin dia bisa aja kayak kamu, tapi dia ga kayak gitu, karena dia sayang kamu.

     Mungkin nanti akan ada saatnya pacarmu bakal lelah dek, dia gak bisa lagi liat kamu kayak gini. Dia bukan mau ngatur-ngatur kamu dek, tapi dia cuma pengin kamu bikin hati dia tenang dan gak mikir macem-macem. Dek, pacarmu cemburu karena dia sayang kamu. Salah banget yaa kalo kamu harus jaga pergaulan kamu dengan temen perempuanmu? Maaf dek, semua yang kamu anggep biasa itu, menurut dia gak biasa. Karena dia punya pengalaman, dia punya prinsip dan dia punya perasaan. Kamu masih ga paham itu? Kamu gak mau dengerin pemikiran dan pendapat dia? Terus nanti kalo udah nikah, kamu bakal tetep begitu? gak mau dilarang-larang istrimu? kamu ga sadar kamu udah nyakitin dia, dek? Sebelum semua terlambat, kenapa enggak kali ini kamu yang dengerin apa maunya dia, diem dan pikirin coba dilihat dari sudut pandang dia, apa kamu juga mau pacarmu punya temen lelaki yang bergaul tanpa batas dan ga ngehargain kamu? kalo memang menurutmu ga masalah, berarti ini memang masalah dia sendiri, dek. Jangan biarin dia nyakitin dirinya sendiri, lebih baik kamu lepasin dia. Karena hubungan laki-laki dan perempuan itu ga ada yang hanya sekedar teman, jika dengan intensi dan perilaku layaknya kamu dengan pasanganmu. Cowok yang baik akan gerah atau ga suka kalo ada cewek yang nempel ke dia loh, karena dia ga suka deket cewek yang seenaknya nempel-nempel sama lelaki, kamu ga ngerasa dihargain, kecuali kalo kamu justru menikmati yaa itu beda lagi hehe. simbiosis mutualisme itu mah wkwk. Begitu juga dengan cewek yang akan risih kalo ada lelaki yang asal nemplok aja gak ngehargain dia, bisa-bisa ditampol ama tuh cewek gara-gara kurang ajar gak sopan. Nah, ketika kamu ga suka dideketin atau ditempelin, itu artinya kamu sadar karena kamu harus jaga jarak meski dengan sahabat sendiri, karena ada hati lain yang harus kamu jaga, yaitu hatimu, hati keluarga dan hati pasanganmu. Namanya bergaul itu harus ada batasannya dek, ada etikanya. Jangan lupa kalau orang tua kita di rumah selalu ngajarin itu. Kita punya nilai yang kita anut di dalam keluarga dek yaa. Kalo memang ada orang lain seperti itu, mungkin memang nilai mereka berbeda dengan kita. Diam itu kan bukan berarti kita setuju, bisa jadi karena kita menghargai perbedaan nilai-nilai yang dianut dalam tiap-tiap keluarga. Tapi untuk orang yang kita sayang, kita pengin semua masalah ada jalan keluarnya kan ya? Karena ini untuk kepentingan masa depan kamu dan pasanganmu.

"Dek, kalo mbak jadi pacarmu dan punya pasangan kayak kamu, mbak bakal ngelakuin hal yang sama. Perempuan mana yang suka lelakinya mesra dengan perempuan lain, dek. Ga jadiin pasangannya sebagai yang pertama dan lebih memilih temen-temennya. Mungkin kalo masih begitu, mbak yang bakal pergi ninggalin kamu dek, karena rasanya berkorban tanpa dibalas, dan rasanya teriak tanpa didengar oleh pasangan sendiri, itu amat sangat menyakitkan. Mbak ga ngasih saran pacarmu harus ninggalin kamu, tapi kalo mbak jadi dia, mbak harus ngelakuin hal itu. Maaf."

Saturday 15 July 2017

Tentang mereka yang tersayang

      Barusan pulang tabligh musibah dari rumah temen SMA yang orang tuanya pagi tadi meninggal. Sudah bukan rahasia kalau umur dan maut ga pernah ada yang tahu. Seperti temen ini, dalam waktu 5 bulan harus jadi yatim piatu, padahal satu minggu yang lalu habis prosesi lamaran dan dalam proses mempersiapkan pernikahan. ironi? yap, sedih? banget. Saya aja ga pernah bisa bayangin rasanya ditinggalin satu orang apalagi dua-duanya. Apalagi dalam kondisi kayak gini, mau ngurus cuti kuliah ke kampus aja sendirian ninggalin rumah udah kebayang-banyang emak di rumah, sekarang cuma bisa berdoa supaya Allah masih ngijinin saya buat kasih kebahagiaan ke orang tua dulu, pengen mengabdi dulu dan pengen ga nyusahin dulu. Meskipun saya pasti kasih mereka masalah, tapi paling tidak belajar untuk berunding dan bermusyawarah di dalam keluarga dalam menyelesaikan masalah itu, hal yang jarang kami lakukan di waktu dulu. 

     Tapi kadang meskipun sudah berniat untuk gak lagi teriak, marah, atau nyusahin, sepertinya memang kodrat anak suka nyusahin orang tua, mbangkang dan ngeluh. Emosi seketika aja sebenernya, kadang spontan, abis itu nyesel, giliran mau minta maaf, gengsi 😂😂 cuma bertekad dalam hati, jangan biarkan hamba gitu lagi ya Allah, kasian orang tua hamba, Hidupnya udah susah di luar sana, masa di dalem rumah makin disusahin lagi. Intinya, anak mana sih yang ga pengen orang tuanya bahagia, anak mana yang pengen selalu nyusahin orang tuanya. Mungkin membahagiakan bisa dimulai dari hal terkecil, minta restu orang tua untuk semua langkah yang diambil, mengindari untuk membuat orang tua khawatir atau cemas dan selalu mendoakan agar terhindar dari segala macam fitnah dan marabahaya. 


p.s.
 i love you, ma, yah, maaf belum bisa kasih yang terbaik, belum bisa jadi kebanggaan dan belum bisa kasih apa2 sampe saat ini. Tapi insya Allah doa untuk berdua akan selalu ada di setiap sujud dan setiap hembusan nafas.

Menikah?

                                                     "Menikah.....???"
    Meskipun sekarang lagi digalakkan oleh akun-akun islami bahwa nikah muda itu gapapa, daripada macem-macem mending dihalalkan, atau jangan takut menikah karena menikah justru membuka pintu rejeki. Di satu sisi, saya setuju sih, setuju banget sebenernya, asalkan jodohmu memang udah dateng atau semua proses ta'aruf dan perkenalan udah selesai. At least, kamu udah bener-bener yakin lillahita'ala kalau he or she is the one. Orang tua setuju, misalnya sekolahmu juga udah selesai, ga ada lagi permasalahan yang mengganjal, nunggu apa lagi? segerakanlah menikah.

    Tapi, faktanya mempersiapkan pernikahan bukan hal mudah. Atau kalo kita tarik kebelakang lagi, proses menuju 'semuanya oke' itu yang terkadang bikin suka putus nyambung atau bikin ragu-ragu. Apalagi kalo kamu ikut mata kuliah psikologi keluarga dua kali pertemuan aja, bakal bikin kamu makin ragu untuk menikah dengan pasangan. Betul sekali bahwa SETELAH menikah, ga ada yang namanya tarik ulur, semuanya serba pasrahin ke Allah melebihi saat waktu masih masa perkenalan atau persiapan. Mau gak mau, suka gak suka ya hadepin aja. Toh, udah nikah kan, kalo ada hal-hal yang baru ketauan setelah menikah ya telen aja walopun pahit. Itu udah aturannya, udah kewajiban untuk menerima pasangan sahmu seperti itu. Cuma yang balik lagi, yang jadi masalah, gimana dong kalo ada perbedaan sebelum menikah? banyak jalan sebenernya, dibicarain dan dirundingin. Kalo memang masih bisa diterima kedua belah pihak, lanjutkan, tapi kalau memang ini hal yang sangat berat dan ga ada yang bisa ngalah, mungkin itu salah satu cara Allah untuk menyatakan bahwa kedua hambanya belum berjodoh. Sedih ya? Pasti.

    Contohnya yang paling sering menggagalkan hubungan serius adalah masalah prinsip. Kadang kita lupa, menilai bahwa menjalin hubungan atas dasar cinta, dirasa karena cinta semua bisa ditoleransi, tapi faktanya ada juga yang tidak. Apalagi kalau sudah menyangkut keluarga atau nilai-nilai yang dianut suatu budaya atau keluarga tertentu. Ada yang orang tuanya ga setuju, masalah kebudayaan yang beda, masalah jarak, masalah setelah nikah mau tinggal dimana, sampai ke masalah gaya hidup, dan lain-lain. Gak semua vegetarian bisa hidup dengan suami yang harus makan daging 3 jam sekali 😂 sama kayak gak semua orang jawa bisa paham kenapa orang bugis sukanya ngelarang-larang 😂 (tapi alhamdulillah orang tua saya awet sampe sekarang hahaha).

     Sama seperti orang yang percaya kalau maghrib sudah harus dirumah, tentu berbeda dengan mereka yang terbiasa main dengan teman-temannya di atas jam 8 malam. Beda juga dengan orang yang di rumahnya diajarkan untuk gak terlalu bebas bergaul dengan lawan jenis dari kecil, dengan mereka yang justru dari kecil udah ditanya "pacarnya mana kok gak dibawa kerumah". It's all about principle and value. Kedua hal ini dibentuk dari kecil di dalam sebuah keluarga yang bertujuan agar ketika si anak bergaul di lingkungannya, tentu akan tetap membawa hal-hal ini karena sudah masuk di alam bawah sadarnya. Bayangin ketika kamu terbiasa bergaul dengan lawan jenis tanpa batas, harus datang ke rumah orang yang ga ada istilah pacar-pacaran. Bukan cuma si individu yang datang ini kan yang kasihan, tapi  juga si yang didatangi dan keluarganya. Pasti mamamu gamau dong punya mantu yang terlalu strict masalah waktu dan pergaulan, pasti dianggap ngeselin deh, atau sebaliknya, mamaku juga gamau dong punya mantu kelewat bebas bergaul dengan teman lawan jenisnya.

      Atau ada contoh lain, di satu budaya kita terbiasa untuk mendahulukan orang tua, jadi orang tua ikut atur-atur sudah biasa, sedangkan si calon mantu punya prinsip kalo rumah tanggaku adalah urusanku. Orang tua boleh ikut campur asal jangan intervensi berlebihan. Kalo yang kayak gini dipaksa, waah bisa menambah daftar persengitan antara mertua dan mantu hahaha 😅 dan ini pasti berdampak pada hubungan si keluarga inti. Si anak juga mungkin merasa fine aja kalo orang tuanya ikut campur, berbeda pendapat dengan pasangannya. Dan kalo ini udah masuk ke wilayah prinsip dan value, tentu akan susah sekali untuk diubah. Perbedaan individu pada dasarnya dipengaruhi oleh hal-hal seperti ini, dan sulit untuk dilepaskan. Maka dari itu, individu terkadang cenderung untuk mencari orang atau pasangan dengan budaya yang sama, cara berpikir yang sama, tumbuh dengan pola asuh dan kecenderungan kepribadian yang sama. Apa ada berbeda tapi nikah juga? adaaa, orang tua saya begitu kok. Tapi balik lagi tergantung individunya, mau menerima atau tidak, ada yang mau ngalah atau tidak.
      Terus saya gimana dong? harus cari orang bugis? atau orang jawa? secara saya diasuh di rumah dengan budaya tersebut? hmmm sepertinya kalo budaya apa aja gak apa-apa deh. Yang penting ada hal-hal penting yang harus sama, seperti sama imannya, sama pemikiran dalam etika bekerja, sama visi dan misi dalam membangun rumah tangga dan sama dalam prinsip bergaul di dalam lingkungan sosial. Biar nanti di masa depan ga ada istilah nikah beda agama atau cara solatnya beda, biar saling mengingatkan kalo ada bau-bau menyimpang dalam urusan pekerjaan, biar nanti anak saya dan kamu gak bingung karena aturan dari orangtuanya beda-beda, atau biar nanti anak saya pas ditanya papanya kemana jawabannya bukan 'lagi keluar makan bakso sama tante ini", atau "lagi keluar sama temen-temen cowoknya tapi ga pulang-pulang tuh dari malem" 😂😂😂. Iiih kalo saya sih ogah yang begitu 😅😅 Makan ati cyiiin. Tapi, sekali lagi, balik ke pribadi masing-masing sih. Menurut saya, ada hal yang bisa ditoleransi, namun ada juga yang tidak. Keliatannya saya egois ya? sebenernya enggak kok, itu hanya beberapa hal dari begitu banyak perbedaan yang dimiliki oleh manusia yang ingin saya samakan dengan diri saya. Yaa anggap aja seperti kriteria cowok idaman kan hahaha 😁😁. As simple as that.


"Namanya juga proses pencarian kan. Sampe nemu yang pas buat diajak ke pelaminan pasti ngelewatin banyak hal. Asal tau diri aja, kalo udah nemu yang pas ya jangan curang atau berkhianat. Setia itu hal yang utama. Saling jaga diri dan jaga hati. Kalo semua udah dirasa pas, segera halalkan deh hahaha".

Be the best version of you?


"Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya" - Buya Hamka-

Percaya siih, tapi tapi hmm.. susah juga buat meyakinkan diri kalau hal ini juga bisa jadi prinsip hidup. Because you know lah, laki dan perempuan jaman sekarang 😅. Termasuk saya sih, masiih aja berpikir penampilan adalah segalanya, jadi mikirnya, orang yang lahirnya udah serba pas-pasan kayak saya, yaaa dont deserve someone in the higher level. Berusaha untuk memperbaiki diri tapi secara muka ama penampilan kan bakal gitu-gitu aja. susyaaaah hehe
Selalu iri dengan mereka yang terlahir nyaris sempurna, sesuai dengan gambaran ideal perempuan yang dikategorikan cantik. Tapi Allah menciptakan manusia berbeda-beda juga ada maksudnya kan? itu yang pada cantik, ga bakal dipuji-puji kalo ga dibandingin sama saya yang biasa ajaa kaan 😁😁😁 mereka sempurna ga bakal ada kata sempurna kalo ga ada makhluk yang kurang sempurna. Semua ada porsinya masing-masing. Bersyukur sih pada intinya, bersyukur kalo masih ada yang mau, kalo ga ada yaudah juga gak papa hahahahahahha 😅😅

Sebenernya capek juga dikomentarin melulu, makanya ada pepatah the same birds flock together, kalo memang beda dalam hal prinsip dalam hal bergaul, bergaya dan berpenampilan, mending ga usah ngumpul bareng deh. makan ati ntar hahaha, yang cantik kumpul aja sama yang sesama cantik, yang keren bakal cari temen-temen yang keren juga. kalo yang kayak saya sih ngumpulnya sama yang setipe-setipe aja, ga kuat kalo harus nyebrang kasta hehe

Tapi pernah dimotivasi sama salah satu temen, "be the best version of you". itu cukup, ga usah jadi orang lain, cukup jadi versi terbaik dari dirimu saat ini. well, jujur susah sih, tapi who knows? kalo bukan kita yang meng-upgrade diri kita sendiri terus siapa lagi dong? lets try, meskipun susah banget untuk keluar dari zona nyaman belajar hal baru yang mungkin belum tentu kita suka. Tapi, kalo saya ga mau bisa upgrade diri sendiri, siapa yang mau? berharap bakal ada pangeran ganteng, soleh, pinter (maunya yang begini) bakal nerima kamu apa adanya? yaa gak bakal laah haha yang biasa-biasa aja nyarinya cewek cakep apalagi yang ganteng hahahah

Gak capek lik ditinggalin mulu buat cewek yang lebih cantik? Mungkin niatnya jangan jadi cantik kali yaa, tapi jadi perempuan yang berkualitas, meskipun gak paling cantik, paling baik, paling solehah, at least bisa percaya diri dan bisa diperhitungkan. Jadi lebih baik dari yang sekarang lah, biar ga nelongso-nelongso amat. Kerjakan hal-hal baru, singkirkan ketakutan, kuatin mental aja dulu, biar bisa sekali-sekali nyengir waktu jatuh atau pas lagi diomongin orang lain. Sekali-kali ga usah peduli perkataan orang lain, kayaknya perlu. Focus on yourself, perbaiki diri, ga usah pikirin laki dulu kalo mikirin diri sendiri aja masih ga pede 😅 

"Udah kenyang memotivasi diri bahwa cantik hati itu lebih baik, tapi nyatanya?  fisik tetep yang nomer satu dicari orang. hahahha ketawa ajalah"

Friday 14 July 2017

Nulis lagi nih, lik?

"Kalo mau jadi orang yang ngerasa lagi sial banget. That's me. Kuliah ngadat, broken heart, single mendadak, no job dan tiba-tiba ngerasa gak percaya diri untuk kursus keterampilan, penampilan diri ga ada yang bisa dibanggain, low self esteem, low self confidence and low self efficacy."

Tapi kalo dipikir untuk apa diratapi? itu memang akan selalu ada dan bagian dari diri saya, just try to think about the good side, semua pasti ada hikmahnya. Makanya kita dikasih pikiran untuk berpikir kritis mencoba lihat dari sisi lain. Walaupun you know. it is not as simple as that. Bisa pulang ke rumah dalam masa cuti kuliah, bisa mengabdikan diri ke orang tua (walopun agak sulit karena udah terbiasa hidup dan ngelakuin semuanya sendiri hampir selama 7 tahun), tau perkembangan di sekitar rumah yang lebih baru dan coba untuk menjalin hubungan lagi dengan orang-orang terdekat. Ga perlu mikirin orang lain untuk jadi saingan, mereka struggling dengan urusan dan permasalahan masing-masing, so do i. Hidup orang kadang kelihatan lebih indah, apalagi kalo liat path atau instagram hemmm :" kadang saya khilaf juga pengen nunjukin sesuatu meski gatau mau post apa hahaha
Balik lagi ke hikmah tadi, semua sudah ada yang atur. Manusia cuma bisa berencana, tapi Allah yang menentukan. Kalo kamu putus cinta, berarti belum jodoh. Kalo kamu harus ambil cuti kuliah, berarti memang belum waktunya wisuda lagi, Kalo kamu belum dapat panggilan kerja, berarti belum waktunya sibuk sendiri karena niatnya kan mau mendekatkan diri ke orang tua. Dan kalo kamu bingung ga ada kegiatan, mungkin sudah waktunya kamu nulis lagi. Ga serumit tesis dan ga seribet review jurnal, cukup bercerita, berpuisi atau berpendapat. Rewelan mama tentang 'nulis gih dek, apa aja, apa yang pengen ditulis aja', mari kita realisasikan. Mulai belajar nulis lagi dari awal, niatnya dengan hilangin gaya-gaya alay (tapi syusaaah haha) daaaan belajar merangkai kata lagi yang entah nyambung apa enggak :D

"Tulis aja apa yang ada di pikiran, entah orang bakal baca apa enggak, tapi paling tidak ada hati yang lega dan beban unek-unek yang sedikit berkurang."

shout out to my bestfriend

Makin dewasa, makin banyak perubahan terjadi. Dari mulai fisik, psikologis sampai dengan lingkungan sosial yang ada di sekitar kita. Satu persatu mulai menapaki dan menuntaskan tugas perkembangan mereka. Dulu yang gampang diajak ketemu, sekarang cuma bisa. Cuma libur sabtu minggu soalnya. Yang biasanya bisa diajakin nongkrong di pantai sore2 sekarang juga udah susah, pada baru pulang kantor jam 4 atau jam 5 nih.

Saya nih yang paling ngerasa banget, pulang kerumah berharap ada temen yg ngajak jalan dong, tapi weekday pada kerja, mau weekend mereka juga ga bisa lama2 karena harus bagi waktu. Mau diajakin kumpul malem, saya yang masih tinggal sama ortu ga boleh keluar. 

Nah, sekali punya waktu nih, pengen jalan yang agak ekstrim kayak nyebrang pulau atau jalan2 jauh, eh yang satu lagi hamil gede, yang satu hamil muda, yang satu masih penganten baru, yang satu anaknya masih baby. Akhirnya siapa yang harus ngalah? ya semuanya. Kadang jadi ngumpul kadang juga enggak.

Saya yang gampang sumpek di rumah dan notabene nya single, bingung dong mau kemana dan ama siapa, akhirnya ngajak satu temen yang masih single atau yaaa sekali-kali coba jalan atau nonton sendiri ajaa, kalo keponakan lagi ga liburan. Terus saya marah? sebel? NO!, tidak sama sekali. Justru ini yang membuat saya merasa lebih dewasa, belum mencapai tahap perkembangan seperti teman atau sahabat yang lain malah menjadikan saya bisa lebih berempati.

Dulu waktu jaman SMA dan kuliah saya salah satu tipe yang nganggep bahwa temen saya adalah milik saya. aneh kan? memang 😅 jadi saya gamau dong kalo yang saya anggap temen keliatan sedih atau susah. Tapi jeleknya, saya cemburuan banget termasuk waktu dia punya pacar baru dan saya dilupain 😅 tp bersyukur sih bebrapa temen saya bisa bagi waktu dan gak sadar kalo saya kadang2 posesif juga hahaha

Tapi yang beda ketika temen udah mulai nikah satu persatu. Temen nikah pertama antara sedih dan seneng, kedua mulai seneng2 sedih 😅, ketiga okay ini memang cara dia melanjutkan hidup, keempat bagus dong dia nemuin pasangan hidupnya, kelima keenam ketujuh sampe sekarang masa menyambut para keponakan, i wanna say that i'm sooo happy 😀😀. Disini saya belajar, bahwa sedekat apapun kita sama orang (bahkan sodara kandung sendiri), they do not belong to us. My bestfriend does not belong to me. Mereka makhluk sosial punya free will yang harus survive dan melanjutkan hidup. Kalo mau sehidup sama temen ya nikahin aja temennya kan, but i decide not to do that (soalnya temen saya 95% semuanya cewek 😅). Ga bisa ngumpul setahun sekali gak bikin kita menjauh dari sahabat kok, karena faktanya yang namanya sahabat walopun udah lamaaa ga ketemu tetep aja seru tuh kalo ngumpul, gak pernah kehabisan bahan obrolan. 

Hal-hal basic seperti dateng ke nikahan, main ke rumahnya rame-rame, jengukin pas anaknya lahiran, doain sehat buat bumil ataupun doain yang masih penganten baru meski cuma lewat internet, berusaha jaga diri untuk ga menganggu temen dan pasangannya yang lg istirahat, atau bahkan berusaha ngingetin diri sendiri untuk jaga jarak dengan temen lawan jenis yang udah punya pasangan itu jauuuuuuuh lebih menyenangkan ketika kita memang paham bahwa cara berteman memang akan selalu berubah. Yang gak berubah itu ya status pertemenannya.

Dan ketika semua berubah ga ada lagi kata-kata 'dia ninggalin aku untuk pasangannya' atau 'dia sibuk banget gamau ngumpul lagi sama kita'. No! Meskipun kalo ngumpul ga bisa diceng-cengin lagi karena obrolan dan status pun udah beda, ga bisa lagi nempel-nempel seenaknya, ga bisa asal nyablak ngomongin orang lain atau godain cowok lain 😅 tapi tetep aja ada omongan 'masih ulik yg lama tu laah, gak berubah' . Dan disitu saya berpikir bahwa cara kita bergaul memang mungkin berubah, tapi pribadi dan hati kita tetep sama, sampai kapanpun dan itu yang paling penting 😉.


p.s : 
- jd kangen woy woy 😂 sehat2 terus buat yg mau lahiran, yg lagi hamil muda, yg hamil perutnya mulai gede, yg bentar lg dilamar, yg masih ngurusin baby nya, yg anaknya udah dua, yg masih struggle dengan pendidikannya kayak saya, dan yg masih sibuk kerja meskipun udah hampir berapa tahun ga ketemu. ada waktunya kita bakal ngumpul kok, tenaaang, kita semua sedang berproses dalam masa2 perkembangan kita masing2 😊 no matter what, you're the one that makes my life complete 😊😊
-  bagi yg belum ngerasain, tenang aja nanti ada saatnya pas temen mulai nikah satu2. atau mungkin pas kamu yg nikah duluan. rasain deh hehee 😉
- saya gak sok bijak, cuma berbagi apa yg saya rasain aja. ga pernah nyesel dgn keadaan yg skrg , justru bangga karena akhirnya melewati tahap ini yg menunjukkan hidup dan diri saya memang berkembang sesuai proses perkembangannya hahahah 😁😁
 

Blog Template by BloggerCandy.com