Monday 2 April 2012

Movie’s Review : Diary of Wimpy Kid


Diary of Wimpy Kid (2010)



            Film ini diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama dari hasil karya penulis Jeff Kinney, bercerita tentang pemeran utamanya yaitu Greg Heffley (diperankan oleh Zachary Gordon), pelajar yang baru saja memasuki sekolah menengah (di Indonesia biasa disebut SMP) tingkat pertama. Ia diminta oleh ibunya untuk menuliskan perasaannya tentang hari pertama di sekolah menengahnya. Disini, Greg memiliki seorang sahabat yang bernama Rowley Jefferson (Robert Capron). Ia menganggap sahabatnya, Rowley, inilah yang belum siap untuk masuk sekolah menengah pertama karena sikapnya yang masih kekanak-kanakan, sedangkan Greg menganggap dirinya sudah cukup matang dan dewasa untuk memasuki sekolah tersebut. Keseluruhan film ini diceritakan dari sudut pandang Greg. Sehingga kita dapat mengetahui betapa rumitnya perkembangan psikoemosional dan psikososial untuk anak-anak akhir yang akan beranjak ke tahap remaja awal. Mereka lebih suka duduk dan berkumpul dengan kelompok mereka masing-masing dan menganggap bahwa diri mereka adalah populer. Mereka mulai menggunakan karakteristik internal dalam mendefinisikan diri mereka, seperti Greg yang lebih menilai bahwa dirinya sudah matang dan dewasa dibanding teman-temannya yang dianggap masih bersifat sangat kekanak-kanakan. Ia juga menganggap bahwa orang tua dan teman-temannya tidak terlalu mengerti akan keinginan dirinya (personal fable).

Rowley Jefferson & Greg Heffley


            Greg Heffley berambisi menjadi populer di sekolahnya, tepatnya ia ingin berada di dalam buku tahunan dengan label yang baik, terfavorit atau berprestasi. Berbagai cara ia lakukan, termasuk harus berhadapan dengan temannya, Patty Farrell, (Laine Macneil) yang juga sangat ambisius untuk menjadi siswa terbaik di sekolahnya. Greg mempunyai seorang kakak laki-laki yang bernama Rodrick Heffley (Devon Bostick)  yang tidak memberikan contoh baik padanya (lebih tepatnya ia di-bully oleh kakaknya). Rodrick bukannya memberi dukungan justru malah menakut-nakuti Greg bahwa betapa buruknya hari pertama di sekolah menengah. Hal ini juga yang membuat Greg ingin terlihat baik di depan kakaknya dan berambisi untuk menjadi populer dengan cara-cara yang ia anggap bukan seperti anak-anak lagi. Pada dasarnya, yang dialami dan dilakukan oleh Greg ini merupakan proses dari pencarian identitas diri. Ia tidak mau dianggap anak-anak lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya.
            Di dalam sekolah Greg, terlihat sekali beberapa anak yang dikategorikan ke dalam status sebaya (menurut Wentzel & Asher, 1995), yaitu anak populer, anak rata-rata, anak yang diabaikan, anak yang ditolak, dan anak-anak kontroversial. Status sebaya ini paling terlihat ketika berada di kantin sekolah. Anak-anak yang populer, rata-rata, maupun kontroversial, mungkin bisa saja dengan mudah menempati tempat duduk bersama dengan kelompok mereka, sedangkan anak-anak yang yang diabaikan dan ditolak akan sangat kesulitan mendapat tempat duduk di kantin karena tidak seorang pun yang mengijinkan mereka untuk duduk disampingnya. Hal ini juga yang dialami oleh Greg dan Rowley di hari pertama mereka, sehingga mereka harus duduk di lantai kantin untuk memakan bekal mereka, bersama dengan Fregley (Grayson Russell), anak yang dianggap paling aneh disekolahnya. Ambisi Greg untuk menjadi populer semakin menjadi-jadi, ia melakukan berbagai hal agar dapat menjadi populer, termasuk untuk meninggalkan Rowley dan mencari sahabat baru, dengan salah satu tujuan agar mendapatkan tempat duduk di kantin sekolahnya ketika istirahat. Menurut Santrock (2002), “label” yang melekat pada diri anak usia ini akan memengaruhi self-esteem dan juga berpengaruh terhadap perkembangan psikoemosional dan psikososial mereka. Anak-anak yang populer biasanya akan memiliki self-esteem yang positif, namun anak-anak yang diabaikan atau ditolak kemungkinan akan memiliki self-esteem yang negatif, mereka akan merasa tidak percaya diri, sulit berkomunikasi dan sulit untuk bersosialisasi secara terbuka dengan orang lain.


 Rodrick & Greg Heffley

            Namun yang paling menarik dari cerita ini adalah ketika Greg merasa iri dengan sahabatnya, Rowley, yang sebelumnya ia anggap belum siap untuk bersikap lebih dewasa seperti dirinya. Rowley yang selama ini bersikap apa adanya tiba-tiba menjadi populer di kalangan teman-temannya, sedangkan Greg, ia justru semakin diabaikan. Karena suatu hal, akhirnya mereka bermusuhan. Masing-masing dari mereka mencari sahabat baru dan merasa gengsi untuk meminta maaf. Namun, yang namanya sahabat tentu saja ada ikatan di dalamnya, bukan? begitu juga dengan Greg dan Rowley. Konflik yang tidak kalah seru membuat mereka berbaikan kembali. Fungsi bersahabatan, yaitu kawan, pendorong, dukungan fisik, dukungan ego, perbandingan sosial dan keakraban/afeksi (Gottman & Parker dalam Santrock, 2002) pun melekat dalam persahabatan mereka. Pada akhirnya, keinginan Greg untuk menjadi siswa terbaik dalam buku tahunan memang belum terwujud, tetapi persahabatan antara dirinya dan Rowley cukup untuk menuliskan nama mereka sebagai sahabat terbaik di dalam buku tahunan tersebut.
            Persahabatan, ego, ambisi, komedi menjadi bumbu-bumbu yang menarik di dalam film ini. Film ini cukup recommended untuk ditonton, khususnya bagi kalian yang ingin mengetahui betapa rumitnya anak-anak pada usia ini mengeksplorasi identitas diri dan hubungan dengan teman sebaya mereka. Menarik bukan? ;)

0 comments:

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com