Monday 9 July 2018

Say No to intervensi dari luar keluarga inti

"Salah satu penyebab rusaknya sebuah rumah tangga adalah adanya intervensi terhadap keluarga inti yang dilakukan oleh keluarga di luar keluarga inti itu sendiri".


Salah satu kutipan saat mempelajari ilmu psikologi di kampus yang paling diingat hingga sekarang. Diceritakan dan dipresentasikan langsung oleh salah satu rekan perkuliahan saya yang juga seorang konselor dan diiyakan oleh beberapa dosen pengajar saya yang merupakan ahli psikologi dan psikolog tersohor. Pada saat itu, saya hanya bisa mengiyakan, tapi pada akhirnya setelah dipikir.. bener juga sih!

FYI, keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak. Hanya itu saja, Yang termasuk keluarga namun diluar keluarga inti ya bisa dibilang keluarga lain, bukan anggota dari lingkaran keluarga inti. Jadi, jika satu keluarga terbentuk (Suami-istri, atau Suami-istri-anak), maka anggota seperti orang tua, mertua, adik-kakak, apalagi om tante, nenek kakek , bukanlah lagi keluarga inti kamu (disebut sebagai keluarga besar). Pasti sudah punya kepentingan dan pengaruh yang berbeda dari sebelum kita menikah. Kenapa dikotak-kotakkan? karena semakin banyak anggota dalam keluarga inti maka akan semakin riweh, khususnya ketika ada masalah keluarga. Rahasia keluarga juga pada dasarnya adalah rahasia dari keluarga inti, terlalu riskan jika harus dibagi. Bayangin ketika ada masalah tapi semua keluarga diluar keluarga inti juga harus diberi tahu! Mulai dari penyatuan isi kepala banyaknya orang dewasa yang terlibat sampai pengambilan keputusan yang tentu saja, biasanya orang yang lebih tua akan memaksakan kehendaknya. Padahal, itu sekarang keluarga inti kamu sendiri, bukan keluarga mereka lagi.

Makanya, menikah itu bukan hanya masalah senang saat mempersiapkan acara pernikahan atau menyambut kelahiran anggota keluarga baru. Namun, adalah proses pengurangan ego dan menyadari bahwa mereka bukan milik kita lagi. Khususnya, orang tua dan saudara. Sedih memang, untuk menyadari anak yang kita asuh selama ini atau saudara yang tumbuh bersama kita akan hidup bersama orang lain, Tapi itulah sebuah kenyataan dalam hidup. So, let them grow! Biarkan mereka hidup dengan caranya. Okay, menasihati itu wajib, tapi mengintervensi itu tidak perlu.

Sejak kuliah pasca sarjana, saya bertemu dengan beberapa orang yang sudah berkeluarga dengan berbagai kondisi. Senang rasanya melihat mereka memutuskan segala sesuatu berdua dan orang sekitar membiarkan mereka mandiri. Saya bertemu dan berteman dengan dua orang di status yang sama namun dengan kondisi yang berbeda. Yang satu, orang tua dan mertua sudah merelakan mereka mandiri dan mengatur semuanya sendiri. Mereka berdua ditugaskan di provinsi yang amat jauh dan hidupnya lebih santai, si mbak A ini ketika mau kemana2 cukup ijin dengan suami dan melakukan hal yang ia sukai dengan nyaman. Dia juga cerita belum punya tabungan yang banyak, namun cukup untuk mereka jalan-jalan, honeymoon lagi atau sekedar beli tiket PP bertemu satu sama lain, Aneh menurut saya, namun melihat dia cerita adem gituu. Seperti ga ada beban hidup sama sekali, sampai-sampai ketiadaan momongan hingga saat ini bisa dia ceritakan dan dia tanggapi dengan luar biasa tenangnya, tanpa ada tekanan.

Si Mbak kedua, atau mbak B, sudah bersuami dan punya satu anak. Hidupnya juga baik, tabungan dana asetnya banyak, namun disayangkan menderita gangguan kecemasan akibat intervensi dari anggota keluarga di luar keluarga inti. Segala keputusan harus ia diskusikan dengan suami, mertua dan kakak adiknya. si Mbak B mengaku kesulitan jika harus membagi urusan dan rahasia keluarga dengan orang lain, termasuk mertua, orang tua dan saudaranya. Dia menginginkan kuasa penuh atas apa yang ia hasilkan dan atas apa yang ia inginkan tanpa intervensi dari orang lain.

Punya orang tua atau saudara adalah satu hal yang harus kita syukuri, apalagi jika masih lengkap sampai sekarang, Namun, kadang kita lupa bahwa mereka hanya titipan, pada akhirnya kita harus survive masing-masing. Nyinyirin orang karena dia terus hura-hura atau karena dia pelit mau nabung terus menurut saya ga perlu lah ya, semua keluarga punya caranya masing-masing, kita ga pernah tau proses pengaturan yang mereka lakukan di belakang kita. Harusnya sekarang kita yang memikirkan diri kita sendiri bagaimana untuk mengatur dan terus belajar tentang kehidupan rumah tangga. Ingat, kita sudah dewasa dan buktikan jika kita sudah dewasa, tentunya dengan kerelaan dari pihak lain yang membiarkan kita berpikir dan memutuskan tentang apa yang kita inginkan.

Pernah menonton salah satu tayangan seorang warga negara belgia yang merantau jauh ke benua lain di usia yang sangat muda (lulus SMA). Saat ditanya bagaimana tanggapan orang tuanya? ia bercerita orang tuanya memiliki pola asuh yang strict saat ia masih muda. Semua dilakukan agar mereka bisa disiplin dan  diharapkan dapat bertahan hidup di kondisi apapun. Setelah pendidikan ilmu dan karakter telah ditanamkan, mereka membiarkan anak-anaknya menemukan apa yang mereka inginkan.  Dipantau dalam kurun waktu 2-3 tahun, setelah itu ia dilepaskan begitu saja. Hasilnya? anak pun tidak pernah lupa orang tuanya, namun orang tuanya juga tidak pernah mengharapkan balas budi dari anak. "Kamu adalah seseorang yang Tuhan pertemukan padaku, terima kasih telah bersamaku selama ini, dan sekarang, silahkan lalui pilihan hidup yang kamu inginkan", itu pesan orang tuanya sebelum mengijinkan anaknya untuk pergi merantau.

Pasti sedih dong jadi orang tua harus melepas anaknya, tapi kenapa tidak bersikap yakin aja, jika selama ini kita berbuat baik dengan anak, ia pun juga akan berbuat baik dengan kita. Jika pendidikan agama dan karakter kita tanamkan sejak kecil, ia tidak akan pernah lupa dimana asalnya. Daripada harus merasa memiliki anak sepenuhnya sampai-sampai harus mengintervensi anak dan mencampuri semua keputusan anak bahkan sampai ia sudah memilki keluarga inti sendiri? Sadarkah bahwa kadang kita sendiri yang membuat anak bergantung dan tidak bisa mandiri?

Lalu, dalam melihat keluarga lain, baik itu saudaramu atau justru orang lain yang sama sekali tidak ada hubungannya denganmu. Kadang kita harus menyadari diri untuk berhenti mencampuri urusan keluarga orang lain, kecuali mereka memang butuh bantuanmu. Stop nyinyirin kehidupan orang lain jika kamu merasa berbeda dengan cara mereka bertahan hidup. Karena bertahan hidup itu bukan dengan yang rajin menabung, rajin hura-hura, rajin nonton bioskop atau punya deposito di setiap bank. Tapi yang dapat fit atau cocok beradaptasi di lingkungannya, dengan cara mereka masing-masing. Sekali lagi, kamu tidak pernah tau apa yang sudah mereka lakukan dibelakangmu. Kalo mereka tidak membuat kamu rugi, ya ga usah dinyinyirin yaaaa :)

Saturday 24 March 2018

About new life

Kenapa dibilang new life? because this is really my new life.

Tinggal di tempat asing oleh orang asing. Okay, orang asing yang gak terlalu asing, karena memang kami pacaran dua tahun LDR (long distance relationship), untuk dibilang i know him very well pada waktu itu ya gak juga, but i try to learn about him all the time. Sampe ketika setelah nikah pun, there are so much new information about him that i just knew it. Jadi, bisa dibilang orang asing, karena saya ga pernah tinggal jauh dari keluarga (kecuali ngekos), yang benar-benar jadi satu kesatuan and he's being part of your life sampe nanti-nanti. And that's marriage!
 
But i like my new life because i love him! ga pernah kebayang sih apa saya bakal jadi orang yang (menurut saya) cukup tangguh untuk memulai hal seperti ini, jauh dari keluarga, mencoba mulai hidup terpisah, mulai mengatur semuanya sendiri dan ada orang lain yang harus betul-betul kita perhatikan tiap detailnya. It's my husband. Kalo ditanya sensasinya apa, saya akan jawab unik dan mengerikan actually. Unik karena saya yang sangat menikmati kehidupan sendiri saya sebelumnya (i'm quite introvert) dan tiba-tiba jadi semuanya serba berdua. Dan mengerikannya... lepas dari keluarga dan orang tua dimana saya amat sangat bergantung sebelumnya, lalu berusaha untuk menjadi keluarga inti sendiri yang independen itu susah susah-gampang loh! Kadang sampai sekarang saya pun apa-apa masih panggil mama dan ayah, but i learn to be independent for my own family.

Tapi, ada satu hal yang membuat saya berubah setelah menikah. Sebelumnya saya punya hidup yang sangat bergantung dengan orang tua. Istilahnya apa yang saya akan lakukan besok harus saya tanyakan dulu ke orang tua saya. I've lived like that for 23years! Keluarga saya perantau, kami hanya berlima di kota kecil dimana kami tinggal. Dimana tidak ada keluarga kandung lain yang bisa kami andalkan. Jadi, seumur hidup saya bisa dibilang hanya bergantung pada kami berlima ditambah dengan tetangga dan kolega yang baik hati untuk jadi keluarga di luar keluarga inti kami. Kami cenderung introvert, saling ngatur, susah adaptasi, waspada terhadap orang lain dan saling menjaga satu sama lain. That's my life.

Saat ini, ketika memutuskan untuk menjadi bagian hidup orang lain dan memberikan orang lain kesempatan untuk jadi bagian hidup saya memang berat, but i have to do that. Saya harus melanjutkan hidup dan tahap perkembangan saya. Menikah! bukan semata-mata keputusan karena dikejar umur (umur saya 24th), pelarian karena bosan kuliah (saya ambil cuti s2 saya) atau ingin keluar dari keluarga inti. But you will know that feeling when you've already found someone that you want spend the rest of your life with him. Sampe tiga bulan menikah, i've still gotten that feeling. Marry him is the best choice i've ever done

Kembali ke kehidupan setelah pernikahan, saya yang tadinya bisa dibilang feminist dan sangat pro dengan emansipasi wanita, dulu menganggap full time wife itu ga banget dan harus bekerja sama baik dan sibuknya dengan suami. Namun, setelah menikah SUNGGUHAN, jeeng jeeng.. saya tiba-tiba jadi tidak berdaya. Memang saya pernah menyadari bahwa saya memiliki keinginan untuk mengabdikan diri saya ke keluarga setelah menikah, apalagi nanti ketika punya anak. Saya yang tadinya takut dengan omongan orang "kenapa tidak bekerja" atau "kenapa tidak melanjutkan kuliah", tiba-tiba punya kekuatan untuk menutup telinga terhadap omongan negatif orang lain. Yap! bisa dibilang i found my passion, dan saya menemukan keyakinan dalam diri saya atas apa yang akan saya kerjakan dan lakukan setelahnya. Naluri sebagai wanita untuk mengabdi ke suami, dan membantu dari rumah saya rasa ada dalam diri saya. Untuk para feminist mungkin mengira ini adalah perbudakan. No! Meski hidup saya sebelumnya tidak begitu menyenangkan seperti orang lain, saya rasa i've done enough to do something to anyone else. Now it's my time to do something for my self

Mungkin menurut beberapa orang pemikiran saya aneh. Tapi, pikiran untuk melanjutkan kuliah, untuk buka flower shop, untuk jadi penjahit atau buka usaha tiba-tiba menghilang, digantikan dengan keinginan jadi full time wifey and mother. Apa itu salah? saya tidak tahu persis. Tapi ini pertama kalinya saya punya keyakinan dan keinginan dalam hidup. Bukan berarti saya tidak punya mimpi, tapi ketakutan akan banyak hal membuat saya berhenti bermimpi. Untuk kepribadian seperti saya mungkin memang lebih mengarahkan saya untuk menjadi ibu rumah tangga, karena lack of adapting dan sifat introvert saya justru menyulitkan saya untuk bekerja di luar rumah. Saya tidak menyalahkan kepribadian saya, tapi lebih menganalisis mengapa saya menjadi seperti ini. Karena memang alur dan pengalaman hidup menjadikan saya demikian.

Menyesal? No! saya tidak kepikiran lagi untuk bekerja di luar sana meski saya memiliki latar belakang pendidikan sarjana dan pernah menempuh pendidikan magister yang tidak diselesaikan. Tapi itu saya jadikan hal yang cukup sebagai pembelajaran untuk diri saya. Bekal saya untuk berusaha jadi istri dan ibu yang baik dalam keluarga, daaaan.. mungkin saja nantinya akan menjadi working mom yang seharian tetap di rumah. Who knows? Tapi untuk saat ini. I do enjoy my life and I like to do something that i wanna do.

Jadi ibu rumah tangga memang kadang ada bosannya, apalagi ketika ga ada cucian, ga ada setrikaan dan belum waktunya masak buat suami. But i never know that being full time wife will be this interesting. I cant imagine what my life be without my husband. For now, he's my everything. I want to make sure that his good luck is because of my pray and my support from home. Jadi ibu rumah tangga itu pilihan, karena tren untuk working wife justru sekarang yang lagi nge-trend. Full time wife justru sekarang sudah mulai kehilangan banyak pamor. So it's the hardest choice i think. Mempertahankan kesibukan rumah dengan tangan sendiri di tengah jaman emansipasi wanita yang digadang-gadang untuk bekerja, apalagi yang berlatar belakang sarjana. Semuanya pilihan, balik lagi ke tujuan dan selera masing-masing. Working wife itu hebat, dan full time wife, you are amazing!

Monday 25 December 2017

Memaafkan dan Melupakan

Menjelang masa-masa menstruasi atau yang disebut masa PMS, dimana mood naik turun dan mungkin hormon yang mengatur tentang kegalauan lebih dominan, juga berlaku pada saya. Tanda-tanda paling terlihat ketika saya akan memasuki masa menstruasi adalah kondisi dunia tiba-tiba menjadi mellow, sendu, dan harus ada yang ditangisi. Ya, namanya masalah atau trigger untuk memancing suasana hati itu pasti ada, tapi mungkin cara menghadapinya yang akan berbeda, salah satunya, untuk saya, sangat dipengaruhi oleh mood.

Berbicara satu kejadian hidup, mungkin semua orang memiliki cara menghadapi yang berbeda-beda. Kalau saya pribadi memang lebih baik 'dimuntahkan' melalui curhat atau tulisan. Menurut sebagian memang lebay, sok bijak atau pencitraan, Tapi whatever lah, mungkin mereka punya cara lain dan tidak mau mengakui bahwa ada orang lain dengan cara yang berbeda dari dirinya. Tulisan menurut saya membuat saya lebih dapat memahami dan memaafkan suatu hal. Paling tidak isi hati bisa saya curahkan melalui tulisan yang bisa saja, hanya saya yang memahaminya. Saya suka kalimat romantis, saya suka rasa yang ditampilkan dalam suatu bahasa atau tulisan. Itu saya, mungkin anda tidak.

Menyambung dengan urusan saya dalam masa PMS dan curhatan saya dalam tulisan ini adalah permasalahan atau tepatnya bisa dibilang suatu 'ujian', datang lagi kepada saya. Sulit diceritakan secara detail karena ini tidak sepatutnya diceritakan secara gamblang. Tapi pada intinya, untuk saya, ini menyakitkan. Pada dasarnya, mungkin jika ini terjadi saat saya dalam kondisi 'normal', saya hanya akan marah dan kesal. Tapi, salahnya dalam kondisi dimana mood atau suasana hati saya dalam kondisi sangat mellow, hasilnya? i'm crying a river T___T, dimana air mata ga bisa ditahan meskipun kamu udah berulang kali mencegahnya kelihatan dari orang lain. Menyembunyikan air mata itu lebih susah dari menahan tawa loh, trust me!

Permasalahan ini amat menyakitkan buat saya, harus mengetahui satu hal yang seharusnya lebih baik saya tidak tahu, tapi karena keKEPOan saya, semua menjadi lebih jelas dan menyakitkan. Percaya deh, ini menyakitkan sekali buat saya. Mau cerita ke siapa juga bingung, karena saya sekarang bukan manusia bebas seperti dahulu lagi. Terlalu banyak tanggung jawab di pundak saya yang seharusnya saya simpan sendiri. Mungkin inilah dibilang kenapa manusia bisa meninggal karena tertekan, karena mereka tidak mampu menahan bebannya sendirian. 

Memaafkan memang mudah, namun melupakan itu yang sulit. Di hati sudah sangat memaafkan, tidak ada dendam lagi. Tapi jika teringat kembali, hati yang disayat pun bisa perih kembali, hasilnya? air mata tanpa sebab keluar lagi. kenapa tanpa sebab? karena menurut orang lain ini tanpa sebab, yang hanya tahu penyebabnya adalah pikiran dan perasaan saya. Siapa suruh buat mengingatnya lagi? toh, mau marah pun kamu gak bisa, mau pergi pun kamu gak akan mampu. Mungkin saya memang sudah memaafkan, tapi tidak akan pernah bisa lupa. Karena kecewa, itu penyebabnya.

Thursday 31 August 2017

Travel to -- Pulau Sabang

Well, awalnya saya bukan traveler sejati yang suka jalan-jalan ala backpaker, bukan penikmat alam dengan semua jerih payah ala traveler. I do love nature! i love it sooooo much!! tapi karena ga suka ribet, jadi saya lebih suka menikmati alam yang ga susah dijangkau dan gak begitu sulit untuk menuju kesana. Endel ya? memang kok hahah kan sudah dibilang saya bukan traveler sejati wkwkwk

Selama ini saya selalu jalan-jalan bersama keluarga, jarang atau hampir tidak pernah bersama teman-teman atau mencoba solo traveler. Pengalaman jalan-jalan tanpa keluarga yaitu saat ke jogja satu tahun yang lalu di usia 23 tahun. Walaupun masih menggunakan bantuan travel guide, but i was feeling the real nature for the first time, eits tunggu dulu, saya tidak camping di hutan atau hiking ke puncak mahameru kok, tapi saya cuma ikut cave tubing dan jalan ke beberapa spot alam. Tapi itu sudah merupakan pengalaman yang amat sangat berharga buat saya. Kapan lagi kan bisa dapat kepercayaan dari orang tua untuk jaga diri untuk pergi traveling tanpa orang tua.

Tapi dalam tulisan kali ini saya belum akan bercerita tentang jogja. Saya ingin bercerita tentang indahnya pulau sabang. Well, saya gak lama memang disana, hanya one day trip. Tapi pantai disana superrrr indaaaah. Sempat menyesal juga kami gak mendapatkan kesempatan menginap dan snorkeling disana akibat ketidaktahuan kami akan keindahan pulau sabang. Well, kami ke banda aceh juga dalam rangka dinas orang tua saya sekaligus menemui beberapa kolega disana. Fyi, saya pernah tinggal di banda aceh selama satu tahun lamanya, sewaktu ayah saya mendapatkan beasiswa s2 disana. Lamanya memang hanya satu tahun, tapi aceh akan selalu jadi memori masa kecil saya. Selain pertama kali pengalaman sekolah saya disana, kami masih meninggalkan keluarga jauh yang baiiiik banget di sana. Banda Aceh is always like a home for us!

Jadi di sela-sela kegiatan, kami diajak kolega untuk one day trip ke pulau sabang, awalnya hanya untuk ke KM 0 barat Indonesia di pulau sabang. Dan saya iseng saja bilang kalau 'pantai di sabang bagus loh', dan akhirnya masih ada waktu lebih, si kolega dan keluarga mengajak kami istirahat di pantai sambil makan siang. And it's soooo beautiful. 'Masya Allah' berulang kali keluar dari mulut saya secara spontan. Maklum, melihat pasir putih dan air yang layaknya crystal clear baru pertama kali dalam hidup saya. Selama ini saya hanya melihat di tv atau instagram saja. And now, i look at it with my own both eyes!!!



me and welcome to Weh island sign 
@ Pelabuhan Kota Sabang


view di perjalanan menuju titik 0 kilometer dan menuju pantai Iboih

crystal clear water di Pantai Iboih, Kota Sabang.


crystal clear water di Pantai Iboih, Kota Sabang (1)


 crystal clear water di Pantai Iboih, Kota Sabang (1)
saking jernihnya sampe karangnya terlihat jelas. LOVE THIS!!


 
 crystal clear water di Pantai Iboih, Kota Sabang (3)
Ikan juga terlihat jelas saking jernihnyaaa. Siapa yang ga tahan pengin terjun berenang? aaaakk!!!!

 what a blue clear water!!!

 The real beauty of kota sabang!


Tadabbur Alam. Menikmati dan mensyukuri nikmat dan ciptaanNya.

Lagi ada yang latihan mau diving tuhh wisatawan manca negara.

Oh iya, yang masih bingung, menurut informasi guide-nya, pulau ini jika dilihat dari atas memang berbentuk seperti huruf W, sehingga di sebut pulau Weh atau Weh Island. Nama pulaunya memang pulau weh, tapi kota disini yang namanya kota Sabang. Kabarnya juga, sebetulnya pulau ini bukan pulau paling barat Indonesia, tapi ada lagi yang lebih barat, hanya saja tidak berpenduduk atau hanya dihuni oleh para abdi negara yang menjaga ujung barat Indonesia disana. Jadi. karena ini yang terjangkau akhirnya titik 0 km indonesia pun tugunya dinobatkan disini. 

Tugu 0 km barat Indonesia, masih dalam perbaikan.


Tanda bahwa anda sudah berada di kilometer 0 Indonesia bagian barat.


Sedihnya, seperti yang saya sudah jelaskan di atas, kami kami atas dasar ketidaktahuan akan indahnya kota dan pantai di sana. Jadi, kami datang tanpa persiapan apapun hiks. Saya jadi kehilangan kesempatan pertama kalinya untuk snorkeling dan menginap di resort pantai yang bagus seperti ini, karena kami sudah beli tiket kembali ke banda aceh dan besok paginya sudah harus pulang ke rumah huhuu. Kalo jadi laki-laki sih lihat pantai bagus gini, tinggal beli celana pendek dan renang deh, tapi karena keribetan saya sebagai perempuan, diharuskan untuk mengurungkan niat nyebur di air yang super jernih ini hiks. Okee, mungkin lain kali waktunya saya kembali untuk jalan dan menikmati pantai disini sampai puas. Keinginan untuk ke maldives nanti-nanti aja deh. Indonesia juga punya pantai yang ga kalah sama maldives, kok!! I LOVE INDONESIA!! I LOVE SABANG!! 😍😍😍😍

sertifikat kunjungan ke titik 0 km barat Indonesia



The last, kamu bisa ambil sertifikat yang menyatakan bahwa kamu pernah ke titik 0 km barat indonesia yaa. Kalo anak traveler pasti wajib banget nih, siapa tau next time bisa ngumpulin yang titik 0 km di sebelah timur kaan hehe. Ini cuma buat kenang-kenangan yaa gak bisa buat kenaikan pangkat hahahahah 😄😄



p.s: all of my photos are taken by Samsung S6 phone camera, yaa. NO EDIT AT ALL!! maafin kalo agak-agak ga jelas heheu.  Tapi, you should watch it with your own eyes! Best experience ever!! 💕💕

Wednesday 23 August 2017

Review: 1-Day ACUVUE MOIST Contact Lenses

Haloo, ini review kedua sayaaaa!! Mau cerita tentang something that saves my life!! Makasih ya Allah sudah memberi ilmu pada orang bikin produk ini hahaha. 

      Jadi, sekitar tiga tahun yang lalu, saya dapet sebuah musibah. Kenapa saya bilang musibah? karena ini mengganggu banget dan bikin saya sedih hiks. Mungkin gejala ini sudah terjadi beberapa bulan terakhir tapi saya gak sadar. Tiba-tiba migrain saya lebih sering kambuh, cepet pusing, mata cepet capek dan berasa burem gitu tiap baca atau lihat jauh. Saya juga jadi  lebih sensitif sama cahaya dan sering pusing tiap main ke mall, ke food court Malang Town Square yang banyak cahaya warna-warni gitu kan. Saya cuma berpikir ada yang salah dengan mata saya, mungkin kurang vitamin atau cuma gejala mata lelah. Jadi saya berusaha terus aja makan wortel dan sayur-sayur. Tapi berhubung saat itu sedang menggarap skripsi, saya ga bisa jauh-jauh dari laptop. Waktu itu saya juga lagi addict banget sama per-korea-an, jadi saya juga ga bisa lepas dari handphone dan laptop untuk nonton drama atau variety show korea huhuhu

     Jelang beberapa bulan, kalo lihat jarak jauh atau nonton tv yang jauh dari saya kok gak nyaman lagi. Saya masih denial kalo mata saya sepertinya mulai minus, karena 4 tahun terakhir kuliah, saya masih punya mata yang paling sehat dan jelas dibanding temen-temen deket saya. Bisa tiba-tiba minus gak kepikiran sama sekali buat saya. Bukan apa-apa, saya gak mau pake kacamata, ribet aja gitu pokoknya. Tapi yaa manusia berencana, Allah yang menentukan sih yaaa ahahaha, temen deket saya pun ikut kasian liat saya yang suka ngeluh, bolak balik nyuruh saya periksa mata, takut-takut minus atau silinder katanya. Awalnya saya masih denial kalo mata saya minus, tapi akhirnya saya menyerah karena saya udah ngerasa ga kuat lagi kalo liat laptop atau liat jarak jauh. Saya pun cek ke dokter mata daaaan.... jeng jeng, mata saya minus hiks tapi alhamdulillah ga ada silinder. Kanan minus -0,5 dan kiri 0,25. Saya akhirnya bikin kacamata kalo-kalo perlu kayak buat kuliah, tapi masih lepas pasang, karena minusnya belum terlalu tinggi yaa. Mulai kuliah s2 saya mulai sulit untuk lepas dari kacamata, khususnya saat liat papan tulis di kelas, akhirnya saya mulai membiasakan untuk menggunakan kacamata di kelas, dan lepas saat di luar. Tapi lama-lama sepertinya minus saya semakin naik dan sampai sekarang ga bisa lepas banget dari kacamata huhuu. Saya sekarang pun jadi manusia dengan kacamata. 

     Saya percaya kalo memang ada orang yang bagus kalo pake kacamata, bahkan mereka ga minus pun pake kacamata buat gaya, tapi ada juga yang dasarnya ga cocok pake kacamata huhuu, kayak saya hiks. Untuk sehari-hari saya sih udah mulai biasain pake terus, di paksa aja pede nya. Tapi kadang di waktu-waktu tertentu saya merasa repoooot banget kalo harus pake kacamata, apalagi seperti di acara kondangan, party, atau acara resmi dengan kebaya saya masih ga pede tuh pake kacamata, lalu solusinya? ya lensa kontak atau contact lense!!! 

     Karena belum terbiasa menggunakan contact lense sebelumnya, saya mau pake aja bisa memakan waktu satu jam hahaha pake acara pedih dulu, takut-takut, susah banget nempelnya, atau tiba-tiba si mata merah -_____- belum lagi rasa ga nyaman di mata, jadi saya bisa cuma pake 1-2 jam lalu udah saya buka. Ditambah saya merasa cuma cocok pake yang diameternya lebih besar dari ukuran normal (doll eyes), kalau pake ukuran biasa suka gatel dan ga nyaman huhuu. Mata juga berasa diganjel gitu hahahaha. Saya sebenernya ga suka contact lense yang warna-warni karena tujuan saya bukan buat gaya, tapi membantu penglihatan saya yang udah minus. Tapi pake yang bening pun saya ga cocok, gatau kenapa. Sempat bertahan beberapa bulan pake contact lense doll eyes yang warna hitam dan cokelat dengan ketidak-natural-an ini haha akhirnya saya mutar otak untuk coba contact lense yang lebih branded dan sehat. Demi keamanan dan kenyaman mata sih pertimbangannya.

     Sempat baca beberapa review, tapi pilihan saya jatuh ke ACUVUE. Di website sih dibilangnya lensa kotak ini didesain dengan teknologi tinggi, ringan di mata, steril, dan durasi pemakaian tahan hingga 8-9 jam. Saya akhirnya memilih untuk mencoba yang 1-Day atau contact lense yang sekali pakai buang aja. Karena jika yang bisa digunakan berulang kali, tentu lebih susah perawatannya agar tidak iritasi dan tetap bersih, selain itu expired-nya, hanya selama satu bulan. Toh, saya gak tiap hari kan pake contact lenses, hanya ketika ada event tertentu saja. 

 Begini tampak depan 1-day ACUVUE MOIST

       Oh iya, ACUVUE ini jenisnya macam-macam ya, bisa di cek di websitenya https://www.acuvue.co.id. Nah, saya pilih jenis yang MOIST karena seperti yang sudah diceritakan tadi, mata saya cenderung sensitif dan cepat iritasi untuk benda-benda asing yang mampir ke mata. Teknologi LACREON® dalam membuat contact lense ini menciptakan bantalan yang tahan lama menjaga kelembaban, dan lensa ini juga membantu menjaga salah satu protein yang paling berlimpah dalam film air mata agar tetap keadaan alami untuk mencegah "iritasi". Nah, dari awal sih saya udah yakin banget dengan lensa yang ini. Waktu browsing harganya sih memang rata-rata diharga yang sama ya, di atas 300 ribu. Tapi isinya yang terdiri dari 30 lensa, saya pikir ga terlalu masalah sih, toh berarti bisa 15 kali pakai dan tetap steril karena selalu baru. Dibanding saya beli yang harga 100ribu, iya sih masa pakainya 6 bulan, tapi karena saya yang ga terlalu telaten dalam merawat contact lense-nya, kadang lupa gitu ganti airnya saat lagi sibuk dan ga ada event apa-apa, akhirnya beli lagi deh karena yang lama sudah agak rusak, karena bahaya juga kan kalo di pake di mata. Sekali lagi, mata saya sensitif dan gampang iritasi huhuu.

Bentuk isi dari kemasan ACUVUE 1-Day Moist


Bentuk kemasan contact lenses menghadap depan


Tampak dekat kemasan contact lenses 1-Day Acuvue Moist.

      Jadi, di dalam kotak kemasannya ada kemasan lagi yang di segel rapi dan berisi si contact lense dan airnya. Persis seperti saat kita beli contact lense yang baru, sebelum dimasukkan ke dalam tempatnya. Segelnya amat sangat rapat, jadi air di dalamnya ga bakal tumpah, Namun tetap hati-hati saat merobek pembatas antara satu lensa dengan lensa lainnya ya, takut kertas penutupnya malah ikut kesobek. 

      Lensa kontak ini memiliki kandungan kadar air 58%, jadi memang cukup banget untuk tetap bikin mata kita 'bernafas" meskipun sedang menggunakan lensa kontak. Gak bikin cepat capek dan iritasi. Belum lagi bahan lensa kontaknya yang super lembut, berasa gak pake contact lense nih. Saya juga prefer menggunakan kontak lensa ini saat sedang olahraga outdoor seperti lari di tempat terbuka, dan juga saat traveling karena terlalu repot menurut saya untuk menggunakan kacamata. Baca beberapa review juga disebutkan kalau 1-Day Acuvue Moist ini bisa dipake untuk kegiatan seperti renang atau snorkeling, tapi tetap menggunakan kacamata renang yang ketat ya, supaya air tidak masuk ke mata. Saya pribadi belum pernah mencoba sih, masih rada parno aja berenang pake kontak lensa meskipun merek yang bagus dan tetap pakai kacamata renang. 

Tampak belakang box 1-Day Acuvue Moist

      Bagian belakang berisi lengkap mengenai isi, petunjuk dan call center produk ACUVUE jika ada keluhan. Oh iya, kontak lensa ACUVUE ini tidak di jual sembarangan yaa, memang sedikit susah di cari, hanya ada di optik-optik besar seperti Melawai, Seis, dll. Kalau saya sendiri beli ini di Optik Melawai Margocity Mall Depok, dengan harga 395.000 rupiah. Mungkin buat kamu yang memang menyisihkan gaji atau uang jajannya untuk  lensa kontak tiap bulannya, tentu bisa banget pake lensa kontak ini tiap hari kalo memang pekerjaan kamu tidak memungkinkan untuk pakai kacamata, atau kalau kamu masih gak pede pake kacamata. Karena memang lensa kontak ini diklaim untuk bisa dan aman digunakan setiap hari. Apalagi tiap hari pakai kontak lensa baru, tentu membuat kekhawatiran berkurang dong :) Atau jika kamu memang butuh untuk pakai tiap hari, bisa pakai jenis ACUVUE contact lenses yang bisa dipakai berulang kali yaa. 

Keterangan besaran minus dan date of expired dari contact lenses ini 
sangat mudah ditemukan di sisi Box

     Terakhir, lensa kontak ini menyediakan hingga minus yang sangat tinggi ya. Saya pribadi menggunakan Acuvue -1,75 karena mempertimbangkan minus kedua mata saya. Maklum, terlalu mahal buat saya untuk beli dua jenis, mungkin lain kali saat sudah punya uang lebih yaaa huhuu. Jadi, saya diajarin mbak-mbaknya untuk sementara ambil tengahnya dulu, berhubung mata kanan saya terakhir -2,00 dan mata kiri -1,00 jadi saya ambil -1,75 untuk mengimbangi keduanya. Alhamdulillah sejauh ini belum ada keluhan lagi selama menggunakan kontak lensa ini. Tentu seneng banget dong udah ketemu produk yang cocok, saya pun gak pernah bingung lagi tiap lebaran, acara keluarga, kondangan, saat olahraga outdoor ataupun saat traveling. Bikin kita lebih percaya diri dan tentunya aman dan nyaman di mata, jadi makin pede deh. 1-DAY ACUVUE MOIST SAVES MY LIFE :) 



1-Day Acuvue Moist 
+ + +
> Di desain khusus untuk mata yang mudah iritasi dan sensitif
> Tekstur kontak lensa super lembut, sehingga sangat nyaman di mata
> Mudah digunakan (mudah saat dipasang dan di lepas)
> Selalu steril dan bersih karena hanya satu kali pakai, dan buang setelah di pakai
> Dapat digunakan hingga +- 8 jam tanpa harus meneteskan air contact lense lagi
> Tidak perlu perawatan ekstra karena hanya satu kali pakai

- - -
> Harga cukup tinggi
> Tidak bisa digunakan berulang kali (pemakaian terbatas)
> Hanya dijual di optik kota besar dan optik-optik tertentu

Monday 21 August 2017

Review : The Face Shop Oil Control Sun Cream

     Well, ini review pertama saya, gak mencoba jadi beauty blogger sih, karena gak secantik dan punya pengalaman banyak juga masalah kosmetik, but really this product bikin bener-bener pengin review karena AJAIB banget. karena apa? it's really saves my life di tengah kebingungan selama hampir 5 bulan terakhir ini. 

     Dimulai dari lepas dari krim dokter sekitar 2 tahun yang lalu, karena kuliah udah selesai dan pindah di kota yang baru ga ada cabangnya hiks. Udah coba dokter-dokter yang lain tapi sedihnya ga ada yang cocok. Jadi bisa dibayangin selama 1,5 tahun saya bolak balik nyoba produk baru, dari kulit wajah yang selama 4 tahun mulus, jerawat jarang muncul dan kulit wajah di kategori normal jadi kusam, hitam dan berjerawat. Pernah pake skin care yang sepaket harganya selangit buat mahasiswa kayak saya yang bulanannya gak seberapa, eh, setelah pake satu bulan malah gak cocok blas, malah jerawatan parah dan kulit jadi item hiks. Sedih banget ga sih? dan sampe sekarang saya gak mau tuh deket-deket ama itu skin care yang katanya herbal dan banyak di mall-mall. Gak nyalahin sih, tapi mungkin di kulit saya aja yang ga cocok ya.Walopun katanya itu kondisi sedang breakout tapi kalo separah itu siapa sih yang tahan huhu. Krim dokter dari klinik yang paling terkenal se-indonesia sampe yang racikan praktek dokter saya coba ternyata juga ga memuaskan, sempet sih mau lepas dari krim dokter karena udah cape aja, tapi kalo keluar rumah dengan muka polosan aja ga pede dong. Akhirnya, kembali lah ke dokter yang lama jaman S1 di Malang dulu, tapi cuma bertahan 3 bulan karena capek juga sih, berasa ga cocok lagi aja, karena mungkin ketika sudah waktunya konsultasi dan ganti nomor krim tapi ga memungkinkan karena beda provinsi dan sepertinya berbeda juga dari segi lingkungan sama cuaca Malang sama Depok lah yaa. Akhirnya sempet polosan pake bedak doang selama 2 bulan kalo keluar rumah, dan mulai nyari skin care aja gitu kayak masker sama facial wash yang kira-kira netral aja ke semua jenis wajah. Sempet sebel juga tiap liat kaca, karena you know lah pasti beda antara kulit yang dirawat sama yang enggak kaan. Jerawat dimana-mana dan berasa kusam banget. Tapi apa daya saya sudah memantapkan diri untuk stop dulu pake krim-krim dan lebih fokus ke skin care aja (sekarang juga lagi exploring dan baca-baca review skin care yang oke buat di coba).

    Waktu eksplor mengenai skin care, kepikiran juga buat cari base sebelum bedak yang at least bisa proteksi kulit kita dari sinar UV matahari kan. Selain bisa bikin kulit makin item, bisa bikin rusak kulit dan resiko kanker juga. Serem doong. Waah langsung deh puter otak gimana caranya cari sunscreen yang cocok di wajah. Baca-baca review akhirnya nemu beberapa review sunscreen yang kira-kira deket belinya dan terjangkau (kalo saya sih pribadi juga nyari yang bisa dipake renang berhubung saya hobi banget renang di pool yang outdoor). Dulu sempet pake sunscreen merek in*z karena nemu pertama itu dan liat reviewnya lumayan oke. Tapi ternyata pemirsaaa, saya cuma tahan pake dalam satu minggu. Di kulit saya jadi rasanya berat dan gatel gitu. Ditambah berminyak banget di muka saya yang akhir-akhir ini kategorinya jadi kulit kering. Lalu, saya coba pake niv*a yang ternyata juga bikin berminyak dan gak terlalu cocok buat daily sunscreen kalo di kulit saya. Belajar dari kedua sunscreen yang sekarang terbengkalai aja dan lagi nyari siapa yang mau nampung, saya pun mulai nyari produk-produk yang banyak punya review bagus dan ketemulah produk kosmetik dari korea yang katanya kece badai. Dulu di mall depok sering lihat sih gerainya, tapi ga pernah masuk karena denger-denger sih harganya mehong ahahah

     Tapi produk yang satu ini, ketika baca ada embel-embel Oil control nya, mulai tertarik deh. Secara harga memang lebih mahal dari produk-produk sebelumnya, tapi kalo liat review dan kandungannya, kalo menurut saya worth it sih.



    Tuh bisa dilihat kandungannya, ada Tea Tree Oil dan Aloe Vera Gel. Kalo saya pribadi sih tertarik banget karena memang tau kalo Tea Tree bagus banget buat kulit wajah yang cenderung berjerawat kayak saya dan Aloe Vera nya bisa ikut melembabkan kulit wajah saya yang kadang-kadang kering ga jelas gini. Dan yang pasti berdasarkan namanya jadi berfungsi utama untuk menahan sinar UVA dan UVB dari matahari, Kalo saya sih cukup untuk jadi base atau dasar sebelum bedak untuk daily make up saya, karena memang ga terlalu suka yang ribet. 

     Hasilnyaaa? sudah 3 minggu nih pake ini hihiii. Mungkin buat beberapa orang masih terlalu dini ya buat bilang ini produk cocok, tapi menurut saya ini kemajuan banget. Sudah 3 minggu pake ga ada keluhan dan tiap ngaca berasa aja ga semakin item dan kusam akibat terlalu banyak terpapar sinar matahari. Buat renang udah coba beberapa kali juga ga ada keluhan heboh gitu. Sun cream ini dalemnya warna putih tapi ga bikin muka jadi bagong gitu (if you know what i mean).  Jadi tetap menyatu, meresap dan kembali ke warna asli kulit, tinggal dibedakin deh hehe, jadi bukan tebel dan covering kayak foundation yaa. Buat saya yang suka penampilan natural ini oke banget, sekali lagi ga bikin kayak bagong yaaa hahaha soalnya pernah baca suncream mana gitu yang langsung bikin putih abis dipake saking efek putih dari krimnya hahha tapi balik lagi tergantung selera masing-masing yaaa :)

     Kalopun wajah saya semakin sore makin jadi berminyak, suncream ini ga bikin wajah oily banget, dan sejak pake ini saya ngerasa ga terlalu parah gitu jerawatnya. Jerawat gede-gede yang biasanya mampir jadi berkurang intensitas mampirnya. Dan yang pastiiii, ga berat di wajah dan ga bikin iritasi. Masih nunggu hasil untuk 2-3 bulan ke depan niih. Semoga selalu cocok dan mengakhiri pencarian saya dalam mencari pasangan hidup, eh salah, mencari sunscreen maksudnya hehehehehehheehehe maap garing :/ 



+ + +
> Ga oily di wajah
> Cepat meresap di kulit
> Ga berat / hasil natural
> Proteksi UVA dan UVB oke (sejauh ini saya pake dalam waktu +- 6-7 jam)
> Kandungan Krimnya bagus untuk perawatan kulit (tea tree & aloe vera

- -  -
> Sulit dijangkau, The Face Shop cuma ada di kota besar atau beli melalui sistem online
> Harga 100ribu ke atas

Saturday 19 August 2017

Passion

Bicara tentang passion, semua orang pasti punya lebih dari satu. Seperti saya, kalo ditanya passion, entah karena punya passion yang banyak atau justru saya sendiri bingung dengan passion saya itu apa hahaa. Saya pengin bisa masak, saya pengin jadi traveler, saya pengin bisa jahit dan mendesain baju sesuai style saya sendiri, saya pengin les vokal, jadi tenaga pengajar dan pengin jadi relawan yang bisa bantu memajukan pendidikan di desa tertinggal. Tapi yang sedih, passion pun jadi tinggal kenangan saja, maksudnya di kondisi seperti ini saya sudah terlalu muluk-muluk untuk mengejar semua passion saya tadi. Jadi sekarang kita coba kerjakan yang termudah dan bisa terjangkau. Well, mungkin terlalu klise jika isi blog saya semuanya tentang pemikiran atau curhatan hati saya. Ternyata saya gak sehebat itu untuk menuangkan pemikiran saya ke dalam sebuah tulisan yang realistis. Jadi, mari kita mulai dengan mencari dan mencoba passion termudah. Sepertinya memulai dengan tema ringan yang asyik bisa juga kali yaaa, mungkin bisa kita mulai dengan pengalaman traveling yang pernah saya lakukan, atau review tentang suatu tempat atau barang, atau jugaaaaa tentang percobaan memasak yang banyakan gagalnyaaa? hahaha let's see what's next yaaaa 😆😆😆
 

Blog Template by BloggerCandy.com