Saturday, 24 March 2018

About new life

Kenapa dibilang new life? because this is really my new life.

Tinggal di tempat asing oleh orang asing. Okay, orang asing yang gak terlalu asing, karena memang kami pacaran dua tahun LDR (long distance relationship), untuk dibilang i know him very well pada waktu itu ya gak juga, but i try to learn about him all the time. Sampe ketika setelah nikah pun, there are so much new information about him that i just knew it. Jadi, bisa dibilang orang asing, karena saya ga pernah tinggal jauh dari keluarga (kecuali ngekos), yang benar-benar jadi satu kesatuan and he's being part of your life sampe nanti-nanti. And that's marriage!
 
But i like my new life because i love him! ga pernah kebayang sih apa saya bakal jadi orang yang (menurut saya) cukup tangguh untuk memulai hal seperti ini, jauh dari keluarga, mencoba mulai hidup terpisah, mulai mengatur semuanya sendiri dan ada orang lain yang harus betul-betul kita perhatikan tiap detailnya. It's my husband. Kalo ditanya sensasinya apa, saya akan jawab unik dan mengerikan actually. Unik karena saya yang sangat menikmati kehidupan sendiri saya sebelumnya (i'm quite introvert) dan tiba-tiba jadi semuanya serba berdua. Dan mengerikannya... lepas dari keluarga dan orang tua dimana saya amat sangat bergantung sebelumnya, lalu berusaha untuk menjadi keluarga inti sendiri yang independen itu susah susah-gampang loh! Kadang sampai sekarang saya pun apa-apa masih panggil mama dan ayah, but i learn to be independent for my own family.

Tapi, ada satu hal yang membuat saya berubah setelah menikah. Sebelumnya saya punya hidup yang sangat bergantung dengan orang tua. Istilahnya apa yang saya akan lakukan besok harus saya tanyakan dulu ke orang tua saya. I've lived like that for 23years! Keluarga saya perantau, kami hanya berlima di kota kecil dimana kami tinggal. Dimana tidak ada keluarga kandung lain yang bisa kami andalkan. Jadi, seumur hidup saya bisa dibilang hanya bergantung pada kami berlima ditambah dengan tetangga dan kolega yang baik hati untuk jadi keluarga di luar keluarga inti kami. Kami cenderung introvert, saling ngatur, susah adaptasi, waspada terhadap orang lain dan saling menjaga satu sama lain. That's my life.

Saat ini, ketika memutuskan untuk menjadi bagian hidup orang lain dan memberikan orang lain kesempatan untuk jadi bagian hidup saya memang berat, but i have to do that. Saya harus melanjutkan hidup dan tahap perkembangan saya. Menikah! bukan semata-mata keputusan karena dikejar umur (umur saya 24th), pelarian karena bosan kuliah (saya ambil cuti s2 saya) atau ingin keluar dari keluarga inti. But you will know that feeling when you've already found someone that you want spend the rest of your life with him. Sampe tiga bulan menikah, i've still gotten that feeling. Marry him is the best choice i've ever done

Kembali ke kehidupan setelah pernikahan, saya yang tadinya bisa dibilang feminist dan sangat pro dengan emansipasi wanita, dulu menganggap full time wife itu ga banget dan harus bekerja sama baik dan sibuknya dengan suami. Namun, setelah menikah SUNGGUHAN, jeeng jeeng.. saya tiba-tiba jadi tidak berdaya. Memang saya pernah menyadari bahwa saya memiliki keinginan untuk mengabdikan diri saya ke keluarga setelah menikah, apalagi nanti ketika punya anak. Saya yang tadinya takut dengan omongan orang "kenapa tidak bekerja" atau "kenapa tidak melanjutkan kuliah", tiba-tiba punya kekuatan untuk menutup telinga terhadap omongan negatif orang lain. Yap! bisa dibilang i found my passion, dan saya menemukan keyakinan dalam diri saya atas apa yang akan saya kerjakan dan lakukan setelahnya. Naluri sebagai wanita untuk mengabdi ke suami, dan membantu dari rumah saya rasa ada dalam diri saya. Untuk para feminist mungkin mengira ini adalah perbudakan. No! Meski hidup saya sebelumnya tidak begitu menyenangkan seperti orang lain, saya rasa i've done enough to do something to anyone else. Now it's my time to do something for my self

Mungkin menurut beberapa orang pemikiran saya aneh. Tapi, pikiran untuk melanjutkan kuliah, untuk buka flower shop, untuk jadi penjahit atau buka usaha tiba-tiba menghilang, digantikan dengan keinginan jadi full time wifey and mother. Apa itu salah? saya tidak tahu persis. Tapi ini pertama kalinya saya punya keyakinan dan keinginan dalam hidup. Bukan berarti saya tidak punya mimpi, tapi ketakutan akan banyak hal membuat saya berhenti bermimpi. Untuk kepribadian seperti saya mungkin memang lebih mengarahkan saya untuk menjadi ibu rumah tangga, karena lack of adapting dan sifat introvert saya justru menyulitkan saya untuk bekerja di luar rumah. Saya tidak menyalahkan kepribadian saya, tapi lebih menganalisis mengapa saya menjadi seperti ini. Karena memang alur dan pengalaman hidup menjadikan saya demikian.

Menyesal? No! saya tidak kepikiran lagi untuk bekerja di luar sana meski saya memiliki latar belakang pendidikan sarjana dan pernah menempuh pendidikan magister yang tidak diselesaikan. Tapi itu saya jadikan hal yang cukup sebagai pembelajaran untuk diri saya. Bekal saya untuk berusaha jadi istri dan ibu yang baik dalam keluarga, daaaan.. mungkin saja nantinya akan menjadi working mom yang seharian tetap di rumah. Who knows? Tapi untuk saat ini. I do enjoy my life and I like to do something that i wanna do.

Jadi ibu rumah tangga memang kadang ada bosannya, apalagi ketika ga ada cucian, ga ada setrikaan dan belum waktunya masak buat suami. But i never know that being full time wife will be this interesting. I cant imagine what my life be without my husband. For now, he's my everything. I want to make sure that his good luck is because of my pray and my support from home. Jadi ibu rumah tangga itu pilihan, karena tren untuk working wife justru sekarang yang lagi nge-trend. Full time wife justru sekarang sudah mulai kehilangan banyak pamor. So it's the hardest choice i think. Mempertahankan kesibukan rumah dengan tangan sendiri di tengah jaman emansipasi wanita yang digadang-gadang untuk bekerja, apalagi yang berlatar belakang sarjana. Semuanya pilihan, balik lagi ke tujuan dan selera masing-masing. Working wife itu hebat, dan full time wife, you are amazing!

0 comments:

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com